Rabu, 27 Juli 2016

PENGARUH KEBUDAYAAN INDIA DI INDOENSIA



PENGARUH KEBUDAYAAN INDIA DI INDOENSIA

A.    Agama Hindu-Buda dan Pengaruhnya Di Indonesia
Sejarah Agama Hindu diawali dari kedatangan bangsa Arya dari Asia tengah (iran/persia/afganistan) pada tahun 1500 S.M. ke daerah lembah sungai Indus dan mendesak penduduk asli yaitu suku Dravida. Bangsa Arya bergerak terus dan menyebar ke arah tenggara dan memasuki daerah sungai Gangga dan Yamuna. Di daerah tersebut terjadilah asimilasi budaya yang akhirnya melahirkan kebudayaan Hindu. Kata Hindu berasal dari kata Sindu/Sind. Kebudayaan Arya dan Dravida telah menyatu, dilafalkan dalam bahasa persia sebagai Hindi, dan Orang latin/Yunani menamainya Indi/India.
Kepercayaan bangsa Hindu adalah Polytheisme (menyembah banyak Tuhan/ dewa). Namun pada dasarnya mereka menyembah 3 dewa utama yang disebut Trimurti, yaitu : Brahmana (pencipta alam semesta), Wisnu (pemelihara alam), dan Shiwa (menguasai kematian ,kehancuran dan peleburan). Kitab yang dibuat oleh para resi (Mahaguru) bangsa Hindu dinamakan Weda/Veda. Yang terdiri dari Reg weda, Samaweda, Yay(j)urweda, Atharweda. Intinya berupa syair-syair atau doa-doa serta pujian pada sanghyang widi. Ajarannya yaitu manusia dalam keadaan samsara sebagai akibat perbuatan pada masa lalunya, untu itu manusia harus berreinkarnasi untuk memperbaiki hidup dan mencapai Moksa dan masuk nirwana.
Perkembangan agama Hindu di India, pada hakekatnya dapat dibagi menjadi 4 fase, yakni Jaman Weda, Jaman Brahmana,  Jaman Upanisad dan Jaman Budha. Masyarakat Hindu menganut system Kasta, masyarakat dibagi dalam lima tingkatan.
1. Brahmana : Para pemimpin agama/ biksu
2. Ksatria : Para raja dan bangsawan
3. Waisya : Para pengusaha /pedagang
4. Sudra : Para petani dan pekerja kasar
5. Paria :Gelandangan, pengemis dsb.(orang orang yang hina)
Dari peninggalan benda-benda purbakala di Mohenjodaro dan Harappa, menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di India pada jamam dahulu telah mempunyai peradaban yang tinggi. Salah satu peninggalan yang menarik, ialah sebuah patung yang menunjukkan perwujudan Siwa. Peninggalan tersebut erat hubungannya dengan ajaran Weda, karena pada jaman ini telah dikenal adanya penyembahan terhadap Dewa-dewa.
Jaman Weda dimulai pada waktu bangsa Arya berada di Punjab di Lembah Sungai Sindhu, sekitar 2500 s.d 1500 tahun sebelum Masehi. Setelah mendesak bangsa Dravida kesebelah Selatan sampai ke dataran tinggi Dekkan. bangsa Arya telah memiliki peradaban tinggi, mereka menyembah Dewa-dewa seperti Agni, Varuna, Vayu, Indra, Siwa dan sebagainya. Walaupun Dewa-dewa itu banyak, namun semuanya adalah manifestasi dan perwujudan Tuhan Yang Maha Tunggal. Tuhan yang Tunggal dan Maha Kuasa dipandang sebagai pengatur tertib alam semesta, yang disebut "Rta". Pada jaman ini, masyarakat dibagi atas kaum Brahmana, Ksatriya, Vaisya dan Sudra. Pada Jaman Brahmana, kekuasaan kaum Brahmana amat besar pada kehidupan keagamaan, kaum brahmanalah yang mengantarkan persembahan orang kepada para Dewa pada waktu itu. Jaman Brahmana ini ditandai pula mulai tersusunnya "Tata Cara Upacara" beragama yang teratur. Kitab Brahmana adalah kitab yang menguraikan tentang saji dan upacaranya. Penyusunan tentang Tata Cara Upacara agama berdasarkan wahyu-wahyu Tuhan yang termuat di dalam ayat-ayat Kitab Suci Weda. Sedangkan pada Jaman Upanisad, yang dipentingkan tidak hanya terbatas pada Upacara dan Saji saja, akan tetapi lebih meningkat pada pengetahuan bathin yang lebih tinggi, yang dapat membuka tabir rahasia alam gaib. Jaman Upanisad ini adalah jaman pengembangan dan penyusunan falsafah agama, yaitu jaman orang berfilsafat atas dasar Weda. Pada jaman ini muncullah ajaran filsafat yang tinggi-tinggi, yang kemudian dikembangkan pula pada ajaran Darsana, Itihasa dan Purana. Sejak jaman Purana, pemujaan Tuhan sebagai Tri Murti menjadi umum. Pada Jaman Budha, dimulai ketika putra Raja Sudhodana yang bernama "Sidharta", menafsirkan Weda dari sudut logika dan mengembangkan sistem yoga dan semadhi, sebagai jalan untuk menghubungkan diri dengan Tuhan.
Agama Hindu, dari India Selatan menyebar sampai keluar India melalui beberapa cara. Pada abad 1-5 M di Indonesia muncul pusat-pusat perdagangan terutama pada daerah yang dekat dengan jalur perdagangan tersebut. Awalnya hanya sebagai tempat persinggahan tetapi akhirnya orang Indonesia ikut dalam kegiatan perdagangan sehingga Indonesia menjadi pusat pertemuan antar para pedagang, termasuk pedagang India.
Hal ini menyebabkan masuknya pengaruh budaya India pada berbagai sektor kehidupan masyarakat Indonesia. Terlihat dengan masyarakat Indonesia yang akhirnya memeluk agama Hindu-Budha serta berdirinya kerajaan-kerajaan di Indonesia yang mendapat pengaruh India seperti Kutai, Tarumanegara, dsb. Transfer kebudayaan India merupakan tahapan terakhir dari masa budaya prasejarah setelah tahun 500 SM. Hubungan perdagangan Indonesia-India jauh lebih awal jika dibandingkan dengan hubungan Indonesia-Cina; sejak awal abad 1 M. Hubungan dagang tersebut kemudian berkembang menjadi proses penyebaran kebudayaan.
Dengan masuknya budaya India, penduduk nusantara secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan Budha diawali oleh lapisan elit para datu dan keluarganya. Walaupun demikian, lapisan bawah terutama di pedesaan masih banyak yang tetap menganut kepercayaan asli berupa pemujaan kepada nenek moyang. Kepercayaan itu antara lain.
1        Animisme : Keyakinan adanya berbagai roh yang menempati alam sekeliling tempat tinggalnya. Tingkatan tinggi dari animisme adalah pemujaan kepada roh para leluhur. Dinamisme : Kepercayaan tentang adanya kekuatan gaib yang luar biasa pada benda-benda tertentu : rambut, kepala, batu, akik, dan lain-lain.
2        Totemisme : Kepercayaan kepada binatang sebagai lambang nenek moyang.
3        Animatisme : Kepercayaan bahwa benda / pohon tertentu berjiwa dan berfikir seperti manusia : keris, pohon beringin, dan lain-lain.
4        Fetisisme : Kepercayaan adanya jiwa dalam benda-benda tertentu.
Dalam perkembangan, agama Hindu-Budha berpadu menjadi agama Siwa Budha. Bahkan agama campuran ini masih diwarnai dengan kepercayaan-kepercayaan asli nusantara.

B.     Proses Pengaruh Kebudayaan India ke Indonesia
Berikut ini beberapa hipotesis tentang proses masuknya Agama Hindu ke Indonesia:
1.   Hipotesa Brahmana oleh J.C.Van Leur: Van Leur berpendapat bahwa hal ini terjadi akibat kontak dengan India melalui jalur perdagangan, yang menyebabkan keinginan bangsa Indonesia untuk berhadapan langsung dengan orang India dan untuk meningkatkan keadaan negerinya sehingga mereka mengundang brahmana untuk mengajar. Atas hipotesa ini Bosch berpendapat: bahwa golongan cendikiawanlah yang dapat menyampaikannya kepada bangsa Indonesia, golongan tersebut disebutnya “clerks” dan untuk proses tersebut ia mengusulkan istilah “penyuburan” dan istilah “arus balik”.
2.   Hipotesa perdagangan oleh H.J.Kroom : Kroom berpendapat bahwa yang memiliki peran untuk masuknya kebudayaan india ke indonesia adalah kasta Waisya atau para pedagang, mereka yang kemudian menetap dan memegang peranan penyebaran kebudayaan India melalui hubungan dengan penguasa di Indonesia serta adanya kemungkinan perkawinan dengan orang-orang pribumi. Atas hipotesa ini Van Leur berpendapat : kedudukan Wiasya tidak berbeda dengan rakyat biasa, sehingga hubungan mereka dengan penguasa hanyalah hubungan dagang biasa saja, tidak untuk menyebarkan kebudayaan India. Sedangkan Bosch berpendapat : bahwa yang menyebarkan kebudayaan haruslah orang yang pandai, di Indonesia golongan pedagang tidak diperkenankan untuk mempelajari kitab weda.
3.   Hipotesa Ksatria oleh F.D.K.Bosch: Bosch berpendapat bahwa golongan Ksatrialah yang paling banyak datang ke Indonesia karena adanya migrasi besar-besaran kasta Ksatria, hal ini disebabkan karena sering terjadinya perang di India waktu itu, serta dibarengi oleh penaklukan daerah-daerah oleh kasta Ksatria. Atas hipotesa ini Kroom berpendapat : bahwa peranan bangsa Indonesia dalam pembentukan budaya Indonesia hindu sangat penting. Hal ini tidak mungkin jika bangsa Indonesia berada dibawah tekanan kasta Ksatria. Sedangkan Van Leur berpendapat : jika ada penaklukan pasti ada catatan, namun hal ini tidak ada, kolonisasi juga menyebabkan perpindahan unsur dari masyarakat asal, namun di Indonesia kebudayaannya berbeda dengan di India.


            Hipotesis lain mengatakan sebagai berikut.
1.      Hipotesis Waisya, dikatakan N.J.Krom bahwa Agama Hindu dibawa oleh para pedagang India yang melakukan aktivitas dagang ke Indonesia yang kemudian melakukan koloni dengan penduduk asli dan menyebarkan agama serta budaya India
2.      Hipotesis Ksatria oleh Moekerjee, bahwa para prajurit India yang melakukan penaklukan di berbagai kawasan termasuk Indonesia dan melakukan penyebaran budaya India.
3.      Hipotesis Brahmana, disebutkan Prof.Dr.F.D.K.Bosch bahwa kaum brahmana yang datang ke Indonesia melakukan penyebaran agama Hindu ke Indonesia dan melakukan interaksi dengan penduduk asli.
4.      Hipotesis Arus Balik, dinyatakan bahwa terdapat penduduk asli(pelajar) Indonesia yang melakukan perjalanan ke India belajar mengenai kebudayaan india dan kembali ke Indonesia kemudian menyebarkan budaya tersebut.
Setelah mempelajari keempat hipotesis tentang masuknya budaya Hindu ke Indonesia, mana di antara keempatnya yang menurut anda lebih mendekati kebenaran? Sampaikan alasan yang mendukung pendapat anda.

C.    Pengaruh Kebudayaan India di Indonesia
Pengaruh Budaya India yang masuk ke Indonesia antara lain terlihat dalam bidang.
1.      Budaya
Pengaruh budaya India di Indonesia sangat besar bahkan begitu mudah diterima di Indonesia hal ini dikarenakan unsur-unsur budaya tersebut telah ada dalam kebudayaan asli bangsa Indonesia, sehingga hal-hal baru yang mereka bawa mudah diserap dan dijadikan pelengkap.
:
Seni Bangunan
Akulturasi dalam seni bangunan tampak pada bentuk bangunan candi. Di India, candi merupakan kuil untuk memuja para dewa dengan bentuk stupa. Di Indonesia, candi selain sebagai tempat pemujaan, juga berfungsi sebagai makam raja atau untuk tempat menyimpan abu jenazah sang raja yang telah meninggal. Candi sebagai tanda penghormatan masyarakat kerajaan tersebut terhadap sang raja.
Contohnya:Candi Kidal (di Malang), merupakan tempat Anusapati di perabukan. Candi Jago (di Malang), merupakan tempat Wisnuwardhana di perabukan. Candi Singosari (di Malang) merupakan tempat Kertanegara diperabukan. Di atas makam sang raja biasanya didirikan patung raja yang mirip (merupakan perwujudan) dengan dewa yang dipujanya. Hal ini sebagai perpaduaan antara fungsi candi di India dan tradisi pemakaman dan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia. Sehingga, bentuk bangunan candi di Indonesia pada umumnya adalah punden berundak, yaitu bangunan tempat pemujaan roh nenek moyang. Contoh ini dapat dilihat pada bangunan candi Borobudur.

Seni Rupa, Dan Seni Ukir.
Akulturasi dalam bidang seni rupa, dan seni ukir terlihat pada relief atau seni ukir yang dipahatkan pada bagian dinding candi. Sebagai contoh: relief yang dipahatkan pada Candi Borobudur bukan hanya menggambarkan riwayat sang budha tetapi juga terdapat relief yang menggambarkan lingkungan alam Indonesia. Terdapat pula relief yang menggambarkan bentuk perahu bercadik yang menggambarkan kegiatan nenek moyang bangsa Indonesia pada masa itu.

Seni Hias
Unsur-unsur India tampak pada hiasan-hiasan yang ada di Indonesia meskipun dapat dikatakan secara keseluruhan hiasan tersebut merupakan hiasan khas Indonesia.  Contoh hiasan : gelang, cincin, manik-manik.

Aksara/Tulisan
Berdasarkan bukti-bukti tertulis yang terdapat pada prasasti-prasasti(abad 5 M) tampak bahwa bangsa Indonesia telah mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Huruf Pallawa yang telah di-Indonesiakan dikenal dengan nama huruf Kawi. Sejak prasasti Dinoyo (760 M) maka huruf Kawi ini menjadi huruf yang dipakai di Indonesia dan bahasa Sansekerta tidak dipakai lagi dalam prasasti tetapi yang dipakai bahasa Kawi.Prasasti Dinoyo berhubungan erat dengan Candi Badut yang ada di Malang.

Kesusastraan
Setelah kebudayaan tulis seni sastrapun mulai berkembang dengan pesat. Seni sastra berbentuk prosa dan tembang (puisi). Tembang jawa kuno umumnya disebut kakawin. Irama kakawin didasarkan pada irama dari India. Berdasarkan isinya, kesusastraan tersebut terdiri atas kitab keagamaan (tutur/pitutur), kitab hukum, kitab wiracarita (kepahlawanan) serta kitab cerita lainnya yang bertutur mengenai masalah keagamaan atau kesusilaan serta uraian sejarah, seperti Negarakertagama.
Bentuk wiracarita ternyata sangat terkenal di Indonesia, terutama kisah Ramayana dan Mahabarata. Kisah India itu kemudian digubah oleh para pujangga Indonesia, seperti Baratayudha yang digubah oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. Berkembangnya karya sastra, terutama yang bersumber dari kisah Mahabarata dan Ramayana, telah melahirkan seni pertunjukan wayang kulit(wayang purwa).
Pertunjukkan wayang banyak mengandung nilai yang bersifat mendidik. Cerita dalam pertunjukkan wayang berasal dari India, tetapi wayangnya sendiri asli Indonesia. Bahkan muncul pula tokoh-tokoh pewayangan yang khas Indonesia seperti tokoh punakawan Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong. Tokoh-tokoh ini tidak ditemukan di India.

2.     Pemerintahan
Sebelum kedatangan bangsa India, bangsa Indonesia telah mengenal sistem pemerintahan tetapi masih secara sederhana yaitu semacam pemerintahan di suatu desa atau daerah tertentu dimana rakyat mengangkat seorang pemimpin atau kepala suku. Orang yang dipilih sebagai pemimpin biasanya adalah orang yang senior, arif, berwibawa, dapat membimbing serta memiliki kelebihan tertentu , termasuk dalam bidang ekonomi maupun dalam hal kekuatan gaib atau kesaktian.
Masuknya pengaruh India menyebabkan muncul sistem pemerintahan yang berbentuk kerajaan, yang diperintah oleh seorang raja secara turun-temurun. Peran raja di Indonesia berbeda dengan di India dimana raja memerintah dengan kekuasaan mutlak untuk menentukan segalanya. Di Indonesia, raja memerintah atas nama desa-desa dan daerah-daerah. Raja bertindak ke luar sebagai wakil rakyat yang mendapat wewenang penuh. Sedangkan ke dalam, raja sebagai lambang nenek moyang yang didewakan.

3.     Sosial
Kehidupan sosial masyarakat di Indonesia mengikuti perkembangan zaman yang ada. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menerima dengan terbuka unsur-unsur yang datang dari luar, tetapi perkembangannya selalu disesuaikan dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
Masuknya pengaruh India di Indonesia menyebabkan mulai adanya penerapan hukuman terhadap para pelanggar peraturan atau undang-undang juga diberlakukan. Hukum dan Peraturan menunjukkan bahwa suatu masyarakat itu sudah teratur dan rapi. Kehidupan sosial masyarakat Indonesia juga tampak pada sistem gotong-royong.
Dalam perkembangannya kehidupan sosial masyarakat Indonesia distratifikasikan berdasarkan kasta dan kedudukan dalam masyarakat (mulai mengenal sistem kasta)

3.      Kepercayaan
Sebelum pengaruh India berkembang di Indonesia, masyarakat telah mengenal dan memiliki kepercayaan, yaitu pemujaan terhadap roh nenek moyang dan benda-benda besar (animisme dan dinamisme). Ketika agama dan kebudayaan Hindu-Budha tumbuh dan berkembang, bangsa Indonesia mulai menganut agama Hindu-Budha meskipun unsur kepercayaan asli tetap hidup sehingga kepercayaan agama Hindu-Budha bercampur dengan unsur penyembahan roh nenek moyang. Hal ini tampak pada fungsi candi di Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar