Rabu, 27 Juli 2016

UNSUR DAN STRUKTUR KEBUDAYAAN



UNSUR DAN STRUKTUR KEBUDAYAAN

A.    Unsur Kebudayaan
Unsur merupakan  bagian terkecil dari suatu benda. Unsur kebudayaan adalah bagian terkecil dari kebudayaan. Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu.
1.      Alat-Alat Teknologi
2.      Sistem Ekonomi
3.      Keluarga
4.      Kekuasaan Politik


Menurut Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, bahwa Cultural Determinism berarti segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Herskovits juga memandang kebudayaan sebagai sesuatu  yang super-organic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi kegenerasi tetap hidup terus, walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa silih berganti disebabkan kemaatian dan kelahiran.24 Menurut koentjaranigrat, kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhyah yang merupakan bentuk jamak kata buddhi yang berarti                                                            24 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada 2007), hal.149-150.

budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya, kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja.25 Adapun istilah culture yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari kata latin colore. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau bertani. Culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengelola dan mengubah alam. Menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari pola-pola perilaku yang normatif. Artinya,  mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan bertindak.26                                                               25 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco 1988), hal.12. 26 Solaeman, Ilmu, 1988, hal.13



Unsur-unsur Kebudayaan Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari unsur-unsur  kebudayaan misalnya, Melville J. Herskovits mengajukan empat unsure pokok kebudayaan, yaitu:27 1) Alat-alat teknologi. 2) Sistem ekonomi. 3) Keluarga. 4) Kekuasaan politik. Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang polepor teori fungsional dalam antropologi, menyebut unsure-unsur pokok kebudayaan, antara lain.   1) Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam sekelilingnya, 2) Organisasi ekonomi 3) Alat-alat dan lembaga atau petugas pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang utama, 4) Organisasi kekuatan                                                            27 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada 2007), hal.153.

Unsur-unsur di atas tersebut, lazim disebut cultural universals. Istilah ini menunjukkan bahwa unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap kebudayaan.28M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco 1988),

Setiap masyarakat terdapat pola-pola perilaku atau patterns of behavior. Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakta tadi, pola-pola perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya. Pola-pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang anggota masyarakat yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang-orang lain, dinamakan social organization. Kebiasaan tidak perlu dilakukan seseorang di dalam hubungannya dengan orang lain.29    c. Kebudayaan sebagai manifestasi dari ide, gagasan, norma dan nilai. Dalam bahsa sederhana, kebudayaan idea tau gagasan disebut dengan adat atau adat istiadat. Kebudayaan ini bersifat abstrak, tidak bisa dilihat, hanya ada dalam pikiran manusia. Para ahli sering menyebut dengan sistem budaya atau cultural system. Karena gagasan yang satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi sistem budaya.30                                                              29 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco 1988), 30 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakara, PT Rineka Cipta, 2005), hal.75-80

d. Kebudayaan dapat dilihat dalam bentuk aktifitas yang berpola dari manusia dalam masyaraat. Dikenal juga dengan sistem sosial. Mengingat system ini terdiri dari berbagai aktifitas manusia yang berhubungan, berinteraksi dan selalu berhubungan dengan manusia lain seiring berjalannya waktu. Sedikit berbeda dengan system budaya, system social dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Karena system social berupa gagasan atau ide yang telah diwujudkan kedalam tindakan atau aktifitas manusia setiap hari.  e. Kebudayaan juga dapat terwujud dalam benda-benda hasil karya manusia.  Kebudayaan ini lebih konkrit dari sistem sosial, atau dengan bahasa lain kebudayaan fisik. Sebagai contoh komputer, handphone, atau busana yang mempunyai kebragaman model dan lain sebaginya yang semua merupakan karya dari kreatifitas manusia. Pada kenyataannya, meski ketiga wujud kebudayaan di atas dapat terurai sendiri-sendiri, dalam kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah satu dengan yang lainnya. Kebudayaan dan adat istiadat mengatur dan member arah kepada manusia. Bak pikiran dan ide maupun tindakan dan hasil karya manusia, dapat menghasilkan kebudayaan yang bersifat fisik. Demikian pula sebaliknya, hasil karyamanusia dapat membentuk suatu iklim kehidupan tertentu dalam masyarakat.31 Setiap kebudayaan suatu waktu pasti mengalami perubahan yang disebabkan karena berberapa factor, salah satu diantaranya adalah perubahan lingkungan yang dapat menuntut perubahan kebudayaan yang bersifat adaptif. Factor lain, yaitu karena adanya kebetulan, seperti ketika suatu bangsa telah mengubah cara pandang tentang lingkungannya.32 3. Permainan tradisional warisan yang terlupakan Bermain, merupakan sebuah kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan manusia apa lagi dalam kehidupan masa kanak-kanak dalam proses pembentukan diri dari kanak-kanak menuju dewasa dan tidak ada satu pun individu manusia yang tidak mengenal permainan, permainan tradisional atau permainan modern karena permainan mengandung unsur-unsur bersifat mendidik yang dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Permainan merupakan aktivitas peniruan dari dan persiapan untuk menuju kehidupan orang dewasa banyak dianut oleh para ahli antropologi yang banyak melakukan penelitian pada berbagai masyarakat dengan kebudayaan yang relatif seder hana.  Pendapat semacam ini menunjukkan perfektif fungsional mereka dalam mempelajari permainan anak-anak. Dilihat dari sudut pandang ini kegiatan bermain merupakan kegiatan yang bersifat fungsional untuk proses enkulturasi dan sosialisasi anak-anak. Enkulturasi disini dimaksudkan sebagai proses penanaman nilai-nilai, atau proses menjadikan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat diterima, difahami, diyakini kebenarannya dan kemudian dijadikan pembimbing berperilaku atau bertindak oleh warga suatu masyarakat, sedangkan sosialisasi adalah proses memperkenalkan dan membiasakan anak pada berbagai jenis individu lain, berbagai kedudukan sosial dan peran, berbagai katagori social, kelompok dan golongan, serta nilai, norma dan aturan yang berlaku dalam berinteraksi dengan individu dan kelompok.33


                                                    33 Sukirman Dharmamulya, Permainan Tradisional Jawa, (Yogyakarta: Kepel Press, 2005), hal.21.

                                              31 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakara, PT Rineka Cipta, 2009), hal.150-151.  32 William A. Haviland, Antropologi, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal.251. 






Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok, meliputi.
1.      Sistem norma yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
2.      Organisasi ekonomi
3.      Alat-alat dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
4.      Organisasi kekuatan (politik)
Koentjaraningrat berpendapat bahwa unsur-unsur kebudayaan ada tujuh. Ketujuh unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut
1.         Teknologi (Peralatan dan Perlengkapan Hidup).
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan. Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian.
Masyarakat kecil yang berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu.
1.      Alat-Alat Produktif
2.      Senjata
3.      Wadah
4.      Alat-Alat Menyalakan Api
5.      Makanan
6.      Pakaian
7.      Tempat Berlindung dan Perumahan
8.      Alat-Alat Transportasi

2. Sistem Mata Pencaharian (Sistem Ekonomi)
Pembahasan para ilmuwan tentang sistem mata pencaharian biasanya terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional saja, di antaranya.
1.      Berburu dan Meramu
2.      Beternak
3.      Bercocok tanam di ladang
4.      Menangkap ikan

3. Sistem Kekerabatan (Organisasi Sosial).
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit kegiatan sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan; anggotanya terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan; dari yang jumlahnya relatif kecil hingga besar, seperti keluarga ambilineal, klan, fatri, dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.

4. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dalam segala bentuk masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial; sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.

5. Kesenian
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian, mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian adalah karya manusia yang mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Terdapat beberapa pembagian kesenian dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya membagi seni ke dalam Seni Tari, yang meliputi tari tradisional, tari klasik, tari rakyat (social dance), tari primitif, tari upacara, tari tertrikal dan tari kreasi baru, tari modern (modern dance/terlepas dari gerak tari tradisional);  Seni Musik yang mencakup musik tradisional (gamelan, rebab, suling dll), musik modern (gitar, piano, biola dll);. Seni Rupa, meliputi lukis, ukir, patung, pahat; Seni Peran (Teater) meliputi teater tradisional, teater modern, film. Adalagi pembagian seni dalam tiga kelompok, yaitu seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekam. Masih terdapat banyak pembagian seni yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang kesemuanya merupakan cara pandang seseorang atau sekelompok orang terhadap seni.

6. Sistem Kepercayaan (Religi, Agama)
Sistem kepercayaan sering kali diartikan sebagai agama. Ada kalanya sistem kepercayaan diartikan sebagai keyakinan adanya penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang mengendalikan manusia dan sebagai salah satu bagian jagad raya. Pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat terbatas, sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat, manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan seringkali terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal dari bahasa Latin religare, berarti "menambatkan"), adalah sebuah unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai berikut.
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah dan menerima sebuah paket doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti "10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti misalnya dalam sistem teokrasi.

7. Sistem Pengetahuan 
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi, wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat empiris (trial and error).

Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi.
1        Pengetahuan Tentang Alam
2        Pengetahuan Tentang Tumbuh-Tumbuhan dan Hewan di Sekitarnya
3        Pengetahuan Tentang Tubuh Manusia,
4        Pengetahuan Tentang Sifat dan Tingkah Laku Manusia
5        Pengetahuan Tentang Ruang dan Waktu

B.     Faktor-faktor Kebudayaan
Faktor adalah hal-hal yang menyebabkan/mempengaruhi terjadinya sesuatu. Faktor kebudayaan adalah hal-hal yang menyebabkan terjadinya kebudayaan, baik itu perubahan ke arah baik maupun kejadian yang mengarah sebaliknya. Terdapat beberapa faktor kebudayaan, antara lain. 
a.   Interaksi Manusia dengan Alam
Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan alam.  Manusia memanfaatkan alam untuk mencapai kehidupan yang diinginkan. Dalam hal itu dijumpai permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik sebagai tujuan hidup manusia itu sendiri. Hasil pemikiran pemcahan permasalahan itulah yang disebut kebudayaan, mulai dari ide pemecahan, tindakan pemecahan, dan hasil dari pemecahan permasalahan tersebut.
b.   Evolusi
Evolusi berarti perubahan pada sifat-sifat suatu populasi organisme dari satu generasi ke generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga proses utama, yaitu variasi, reproduksi, seleksi. Sifat-sifat yang menjadi dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru dapat diperoleh dari perubahan gen dengan mutasi ataupun transfer gen antar populasi dan antara spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual, kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam. Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya, biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama, evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.

c.   Degenerasi
Degenerasi berarti kemunduran atau kemerosotan generasi (tidak sebaik generasi sebelumnya). Degenerasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya penggunaan obat bius di kalangan anak-anak muda dapat mengakibatkan atau kemunduran, perubahan menjadi sesuatu yang rusak.
Kemunduran atau rusaknya suatu generasi ini dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Dalam kebudayaan degenerasi mengakibatkan nilai-nilai yang telah dibangun dalam taraf tertentu tidak dapat diterima generasi yang bersangkutan. Akibatnya terjadi pencarian nilai baru yang sesuai dengan masyarakat tersebut.

d.   Biome
Biome atau Ekosistem adalah komunitas organisme yang saling tergantung bersama dengan komponen anorganik dari lingkungan mereka, termasuk air, tanah, dan udara. Bumi adalah ekosistem terbesar, dibagi menjadi biomes atau daerah yang luas dengan iklim dan vegetasi yang serupa. Suatu ekosistem yang besar, membentang dari kawasan geografis yang luas, dicirikan oleh beberapa bentuk kehidupan yang dominan. Ada dua jenis dasar biome: darat, atau berbasis darat (dari mana terdapat enam), dan perairan. Kedua jenis ini dibagi lebih jauh ke laut dan air tawar biomes.
Dalam biome atau ekosistem, jumlah dari semua makhluk hidup disebut sebagai komunitas biologis. Kadang-kadang istilah biota, yang mengacu pada semua flora dan fauna (tanaman dan hewan) di suatu daerah, digunakan sebagai gantinya. Dengan demikian, masyarakat biologis adalah konsep yang lebih besar, karena itu termasuk mikroorganisme, yang vital bagi fungsi jaringan makanan. Makanan, yang dapat dianggap sebagai suatu jaringan saling berhubungan rantai makanan adalah cara energi yang ditransfer melalui komunitas biologis. Tanpa mikroorganisme yang dikenal sebagai dekomposer, kunci hubungan dalam jaringan makanan akan hilang.

e.   Lingkungan Sosial
Lingkungan sosial atau lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan segala benda, daya dan keadaan serta makhluk hidup, termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan kehidupan dan kesejateraan manusia serta makhluk-makhluk lainnya.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Dimanapun dan bilamana pun manusia senantiasa memerlukan kerjasama dengan orang lain. Manusia membentuk kelompok sosial diantara sesama dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengembangkan kehidupan. Dalam suatu kehidupan sosial, manusia juga memerlukan organisasi, yaitu suatu jaringan interaksi social antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial, seperti keluarga, kelompok masyarakat dan lain-lain. Lingkungan sosial merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota atau kelompok masyarakat beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Lingkungan alam hayati dan lingkungan alam non hayati merupakan bagian-bagian dari 1ingkungan al am yang berujud fisik . Lingkungan alam buatan adalah lingkungan yang dikelola manusia untuk kepentingannyca. Manusia membentuk linglkungan dengan mengubah sumber-sumber alam (hayati dan non hayati ) untuk kenikmatan hidup manusia. Dengan menggunakan ketrampilan dan teknologi canggih/tepat guna dapat mengubah 1ingkungan fisik. Dalam lingkungan buatan, manusia menjadi subyek. Contoh lingkungan buatan yaitu manusia mengubah padang pasir menjadi daerah pertanian dengan sistem irigasi dan mekanisasi pertanian yang baik. Dalam lingkungan alam, manusia sebagai obyek, masih hidup meramu, dengan hanya mengumpulkan buah, daun dari alam sekitar sebagai bahan makanan. Lingkungan sosial meliputi manusia sebagai subyek maupun obyek, sebagai perorangan dalam kaitan dengan orang lain, dimana fungsi dan peranan manusia ditentukan oleh pranata-pranata dan nilai-nilai sosial, seperti perkawinan, organisasi, adat, tradisi dan lain-lain.

C.    Struktur Kebudayaan
Struktur biasanya diartikan sebagai susunan, membahas tentang terbentuknya suatu bangunan. Dalam kebudayaan, pembahasan struktur selalu dikaitkan dengan ujud kebudayaan.  Ujud  kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebudayaan yang berupa gagasan, aktivitas, dan artefak atau hasil karya.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2.  Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3. Artefak (hasil karya)
Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan tersebut di atas.
Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
Selain pembagian tersebut terdapat kalsifikasi lain. Klasifikasi ini membagi kebudayaan dalam kebudayan materiil dan kebudayaan nonmateriil. :
a. Kebudayaan Material
Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi, seperti mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar