UNSUR DAN STRUKTUR KEBUDAYAAN
A. Unsur
Kebudayaan
Unsur merupakan bagian terkecil dari suatu benda. Unsur
kebudayaan adalah bagian terkecil dari kebudayaan. Ada beberapa pendapat ahli
yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai
berikut.
Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan
memiliki 4 unsur pokok, yaitu.
1.
Alat-Alat
Teknologi
2.
Sistem
Ekonomi
3.
Keluarga
4.
Kekuasaan
Politik
Menurut Melville
J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski, bahwa Cultural Determinism berarti
segala sesuatu yang terdapat di dalam masyarakat ditentukan adanya oleh
kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu. Herskovits juga memandang
kebudayaan sebagai sesuatu yang
super-organic karena kebudayaan yang turun-temurun dari generasi kegenerasi tetap
hidup terus, walaupun orang-orang yang menjadi anggota masyarakat senantiasa
silih berganti disebabkan kemaatian dan kelahiran.24 Menurut koentjaranigrat,
kata kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta buddhyah yang merupakan bentuk
jamak kata buddhi yang berarti
24 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada 2007), hal.149-150.
budi atau akal.
Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal
sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang
berarti “daya dari budi” sehingga “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang
berupa cipta, karsa, dan rasa. Dalam disiplin ilmu antropologi budaya,
kebudayaan dan budaya itu artinya sama saja.25 Adapun istilah culture yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan berasal dari
kata latin colore. Artinya mengolah atau mengerjakan, yaitu mengolah tanah atau
bertani. Culture, diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk
mengelola dan mengubah alam. Menurut E.B. Tylor, kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat
dan lain kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh
manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain kebudayaan mencakup
semuanya yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Kebudayaan terdiri dari segala sesuatu yang dipelajari dari
pola-pola perilaku yang normatif. Artinya,
mencakup segala cara-cara atau pola-pola berpikir, merasakan, dan
bertindak.26
25 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco 1988),
hal.12. 26 Solaeman, Ilmu, 1988, hal.13
Unsur-unsur
Kebudayaan Kebudayaan setiap bangsa atau masyarakat terdiri dari
unsur-unsur kebudayaan misalnya,
Melville J. Herskovits mengajukan empat unsure pokok kebudayaan, yaitu:27 1)
Alat-alat teknologi. 2) Sistem ekonomi. 3) Keluarga. 4) Kekuasaan politik.
Bronislaw Malinowski, yang terkenal sebagai salah seorang polepor teori
fungsional dalam antropologi, menyebut unsure-unsur pokok kebudayaan, antara
lain. 1) Sistem norma yang memungkinkan
kerja sama antara para anggota masyarakat di dalam upaya menguasai alam
sekelilingnya, 2) Organisasi ekonomi 3) Alat-alat dan lembaga atau petugas
pendidikan, perlu diingat bahwa keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
utama, 4) Organisasi kekuatan
27 Soerjono
Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada 2007),
hal.153.
Unsur-unsur di
atas tersebut, lazim disebut cultural universals. Istilah ini menunjukkan bahwa
unsur-unsur tersebut bersifat universal, yaitu dapat dijumpai pada setiap
kebudayaan.28M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco
1988),
Setiap masyarakat
terdapat pola-pola perilaku atau patterns of behavior. Pola-pola perilaku
merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus
diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut. Setiap tindakan manusia dalam
masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakta tadi, pola-pola
perilaku masyarakat sangat dipengaruhi oleh kebudayaan masyarakatnya. Pola-pola
perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang
anggota masyarakat yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain.
Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan khususnya apabila
seseorang berhubungan dengan orang-orang lain, dinamakan social organization.
Kebiasaan tidak perlu dilakukan seseorang di dalam hubungannya dengan orang
lain.29 c. Kebudayaan sebagai
manifestasi dari ide, gagasan, norma dan nilai. Dalam bahsa sederhana,
kebudayaan idea tau gagasan disebut dengan adat atau adat istiadat. Kebudayaan
ini bersifat abstrak, tidak bisa dilihat, hanya ada dalam pikiran manusia. Para
ahli sering menyebut dengan sistem budaya atau cultural system. Karena gagasan
yang satu dengan yang lain selalu berkaitan menjadi sistem budaya.30
29 M. Munandar Soelaeman, Ilmu Budaya Dasar, (Bandung: PT. Eresco 1988),
30 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi I, (Jakara, PT Rineka Cipta, 2005),
hal.75-80
d. Kebudayaan dapat
dilihat dalam bentuk aktifitas yang berpola dari manusia dalam masyaraat.
Dikenal juga dengan sistem sosial. Mengingat system ini terdiri dari berbagai
aktifitas manusia yang berhubungan, berinteraksi dan selalu berhubungan dengan manusia
lain seiring berjalannya waktu. Sedikit berbeda dengan system budaya, system
social dapat dilihat dalam kehidupan sehari-hari. Karena system social berupa
gagasan atau ide yang telah diwujudkan kedalam tindakan atau aktifitas manusia
setiap hari. e. Kebudayaan juga dapat
terwujud dalam benda-benda hasil karya manusia.
Kebudayaan ini lebih konkrit dari sistem sosial, atau dengan bahasa lain
kebudayaan fisik. Sebagai contoh komputer, handphone, atau busana yang
mempunyai kebragaman model dan lain sebaginya yang semua merupakan karya dari
kreatifitas manusia. Pada kenyataannya, meski ketiga wujud kebudayaan di atas
dapat terurai sendiri-sendiri, dalam kehidupan masyarakat tentu tidak terpisah
satu dengan yang lainnya. Kebudayaan dan adat istiadat mengatur dan member arah
kepada manusia. Bak pikiran dan ide maupun tindakan dan hasil karya manusia,
dapat menghasilkan kebudayaan yang bersifat fisik. Demikian pula sebaliknya,
hasil karyamanusia dapat membentuk suatu iklim kehidupan tertentu dalam masyarakat.31
Setiap kebudayaan suatu waktu pasti mengalami perubahan yang disebabkan karena
berberapa factor, salah satu diantaranya adalah perubahan lingkungan yang dapat
menuntut perubahan kebudayaan yang bersifat adaptif. Factor lain, yaitu karena
adanya kebetulan, seperti ketika suatu bangsa telah mengubah cara pandang
tentang lingkungannya.32 3. Permainan tradisional warisan yang terlupakan
Bermain, merupakan sebuah kegiatan yang sangat akrab dengan kehidupan manusia
apa lagi dalam kehidupan masa kanak-kanak dalam proses pembentukan diri dari
kanak-kanak menuju dewasa dan tidak ada satu pun individu manusia yang tidak
mengenal permainan, permainan tradisional atau permainan modern karena
permainan mengandung unsur-unsur bersifat mendidik yang dapat mempengaruhi
perkembangan jiwa anak. Permainan merupakan aktivitas peniruan dari dan
persiapan untuk menuju kehidupan orang dewasa banyak dianut oleh para ahli
antropologi yang banyak melakukan penelitian pada berbagai masyarakat dengan
kebudayaan yang relatif seder hana.
Pendapat semacam ini menunjukkan perfektif fungsional mereka dalam
mempelajari permainan anak-anak. Dilihat dari sudut pandang ini kegiatan
bermain merupakan kegiatan yang bersifat fungsional untuk proses enkulturasi dan
sosialisasi anak-anak. Enkulturasi disini dimaksudkan sebagai proses penanaman nilai-nilai,
atau proses menjadikan nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat diterima, difahami,
diyakini kebenarannya dan kemudian dijadikan pembimbing berperilaku atau bertindak
oleh warga suatu masyarakat, sedangkan sosialisasi adalah proses memperkenalkan
dan membiasakan anak pada berbagai jenis individu lain, berbagai kedudukan sosial
dan peran, berbagai katagori social, kelompok dan golongan, serta nilai, norma dan
aturan yang berlaku dalam berinteraksi dengan individu dan kelompok.33
33 Sukirman Dharmamulya, Permainan Tradisional Jawa, (Yogyakarta: Kepel
Press, 2005), hal.21.
31 Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, (Jakara, PT Rineka Cipta,
2009), hal.150-151. 32 William A.
Haviland, Antropologi, (Jakarta: Erlangga, 1993), hal.251.
Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok,
meliputi.
1.
Sistem norma
yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan
diri dengan alam sekelilingnya
2.
Organisasi
ekonomi
3.
Alat-alat dan
lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga
pendidikan utama)
4.
Organisasi
kekuatan (politik)
Koentjaraningrat berpendapat
bahwa unsur-unsur kebudayaan ada tujuh. Ketujuh unsur yang dimaksud adalah
sebagai berikut
1.
Teknologi
(Peralatan dan Perlengkapan Hidup).
Teknologi merupakan
salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara atau teknik
memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat,
cara-cara mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil
kesenian.
Masyarakat kecil yang
berpindah-pindah atau masyarakat pedesaan yang hidup dari pertanian paling
sedikit mengenal delapan macam teknologi tradisional (disebut juga sistem
peralatan dan unsur kebudayaan fisik), yaitu.
1.
Alat-Alat
Produktif
2.
Senjata
3.
Wadah
4.
Alat-Alat
Menyalakan Api
5.
Makanan
6.
Pakaian
7.
Tempat
Berlindung dan Perumahan
8.
Alat-Alat
Transportasi
2. Sistem Mata
Pencaharian (Sistem Ekonomi)
Pembahasan para ilmuwan tentang sistem mata
pencaharian biasanya terfokus pada masalah-masalah mata pencaharian tradisional
saja, di antaranya.
1.
Berburu dan
Meramu
2.
Beternak
3.
Bercocok
tanam di ladang
4.
Menangkap
ikan
3. Sistem
Kekerabatan (Organisasi Sosial).
Sistem kekerabatan merupakan bagian yang sangat
penting dalam struktur sosial. Meyer Fortes mengemukakan bahwa sistem
kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit kegiatan
sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau
hubungan perkawinan; anggotanya terdiri atas ayah, ibu, anak, menantu, cucu,
kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek dan seterusnya. Dalam kajian
sosiologi-antropologi, ada beberapa macam kelompok kekerabatan; dari yang
jumlahnya relatif kecil hingga besar, seperti keluarga ambilineal, klan, fatri,
dan paroh masyarakat. Di masyarakat umum kita juga mengenal kelompok
kekerabatan lain seperti keluarga inti, keluarga luas, keluarga bilateral, dan
keluarga unilateral.
Sementara itu, organisasi sosial adalah
perkumpulan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang berbadan hukum
maupun yang tidak berbadan hukum, yang berfungsi sebagai sarana partisipasi
masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara. Sebagai makhluk yang selalu
hidup bersama-sama, manusia membentuk organisasi sosial untuk mencapai
tujuan-tujuan tertentu yang tidak dapat mereka capai sendiri.
4. Bahasa
Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang
digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat
tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan
maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa
manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama
masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dalam segala bentuk
masyarakat.
Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi
menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa secara umum adalah sebagai
alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan
adaptasi sosial; sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan
hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari
naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Kesenian
Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi,
manusia menghasilkan berbagai corak kesenian, mulai dari yang sederhana hingga
perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian adalah karya manusia yang mengacu
pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan
keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga.
Terdapat beberapa pembagian kesenian dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya membagi seni ke dalam Seni Tari, yang meliputi tari
tradisional, tari klasik, tari rakyat (social dance), tari primitif, tari
upacara, tari tertrikal dan tari kreasi baru, tari modern (modern
dance/terlepas dari gerak tari tradisional); Seni Musik yang mencakup musik tradisional
(gamelan, rebab, suling dll), musik modern (gitar, piano, biola dll);. Seni
Rupa, meliputi lukis, ukir, patung, pahat; Seni Peran (Teater) meliputi teater
tradisional, teater modern, film. Adalagi pembagian seni dalam tiga kelompok,
yaitu seni rupa, seni pertunjukan, dan seni media rekam. Masih terdapat banyak
pembagian seni yang dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang kesemuanya
merupakan cara pandang seseorang atau sekelompok orang terhadap seni.
6. Sistem
Kepercayaan (Religi, Agama)
Sistem kepercayaan sering kali diartikan sebagai
agama. Ada kalanya sistem kepercayaan diartikan sebagai keyakinan adanya
penguasa tertinggi dari sistem jagad raya ini, yang mengendalikan manusia dan
sebagai salah satu bagian jagad raya. Pengetahuan, pemahaman, dan daya tahan
fisik manusia dalam menguasai dan mengungkap rahasia-rahasia alam sangat
terbatas, sehubungan dengan itu, baik secara individual maupun hidup bermasyarakat,
manusia tidak dapat dilepaskan dari religi atau sistem kepercayaan kepada
penguasa alam semesta.
Agama dan sistem kepercayaan seringkali
terintegrasi dengan kebudayaan. Agama (bahasa Inggris: Religion, yang berasal
dari bahasa Latin religare, berarti "menambatkan"), adalah sebuah
unsur kebudayaan yang penting dalam sejarah umat manusia. Dictionary of
Philosophy and Religion (Kamus Filosofi dan Agama) mendefinisikan Agama sebagai
berikut.
... sebuah institusi dengan keanggotaan yang
diakui dan biasa berkumpul bersama untuk beribadah dan menerima sebuah paket
doktrin yang menawarkan hal yang terkait dengan sikap yang harus diambil oleh
individu untuk mendapatkan kebahagiaan sejati.
Agama biasanya memiliki suatu prinsip, seperti
"10 Firman" dalam agama Kristen atau "5 rukun Islam" dalam
agama Islam. Kadang-kadang agama dilibatkan dalam sistem pemerintahan, seperti
misalnya dalam sistem teokrasi.
7. Sistem
Pengetahuan
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala
sesuatu yang diketahui manusia tentang benda, sifat, keadaan, dan
harapan-harapan. Mereka memperoleh pengetahuan melalui pengalaman, intuisi,
wahyu, dan berpikir menurut logika, atau percobaan-percobaan yang bersifat
empiris (trial and error).
Sistem pengetahuan tersebut dikelompokkan menjadi.
1
Pengetahuan
Tentang Alam
2
Pengetahuan
Tentang Tumbuh-Tumbuhan dan Hewan di Sekitarnya
3
Pengetahuan
Tentang Tubuh Manusia,
4
Pengetahuan
Tentang Sifat dan Tingkah Laku Manusia
5
Pengetahuan
Tentang Ruang dan Waktu
B.
Faktor-faktor
Kebudayaan
Faktor adalah hal-hal yang
menyebabkan/mempengaruhi terjadinya sesuatu. Faktor kebudayaan adalah hal-hal
yang menyebabkan terjadinya kebudayaan, baik itu perubahan ke arah baik maupun
kejadian yang mengarah sebaliknya. Terdapat beberapa faktor kebudayaan, antara
lain.
a. Interaksi
Manusia dengan Alam
Dalam kehidupan
sehari-hari manusia selalu berinteraksi dengan alam. Manusia memanfaatkan alam untuk mencapai
kehidupan yang diinginkan. Dalam hal itu dijumpai permasalahan-permasalahan
yang perlu dipecahkan dalam rangka mencapai kehidupan yang lebih baik sebagai
tujuan hidup manusia itu sendiri. Hasil pemikiran pemcahan permasalahan itulah
yang disebut kebudayaan, mulai dari ide pemecahan, tindakan pemecahan, dan
hasil dari pemecahan permasalahan tersebut.
b. Evolusi
Evolusi berarti
perubahan pada sifat-sifat suatu populasi organisme dari satu generasi ke
generasi berikutnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh kombinasi tiga
proses utama, yaitu variasi, reproduksi, seleksi. Sifat-sifat yang menjadi
dasar evolusi ini dibawa oleh gen yang diwariskan kepada keturunan suatu
makhluk hidup dan menjadi bervariasi dalam suatu populasi. Ketika organisme
bereproduksi, keturunannya akan mempunyai sifat-sifat yang baru. Sifat baru
dapat diperoleh dari perubahan gen dengan mutasi ataupun transfer gen antar
populasi dan antara spesies. Pada spesies yang bereproduksi secara seksual,
kombinasi gen yang baru juga dihasilkan oleh rekombinasi genetika, yang dapat
meningkatkan variasi antara organisme. Evolusi terjadi ketika perbedaan-perbedaan
ini menjadi lebih umum atau langka dalam suatu populasi.
Evolusi
mempengaruhi setiap aspek dari bentuk dan perilaku organisme. Yang paling
terlihat adalah adaptasi perilaku dan fisik yang diakibatkan oleh seleksi alam.
Adaptasi-adaptasi ini meningkatkan kebugaran dengan membantu aktivitas seperti
menemukan makanan, menghindari predator, dan menarik lawan jenis. Organisme
juga dapat merespon terhadap seleksi dengan berkooperasi satu sama lainnya,
biasanya dengan saling membantu dalam simbiosis. Dalam jangka waktu yang lama,
evolusi menghasilkan spesies yang baru melalui pemisahan populasi leluhur
organisme menjadi kelompok baru yang tidak akan bercampur kawin.
c. Degenerasi
Degenerasi berarti
kemunduran atau kemerosotan generasi (tidak sebaik generasi sebelumnya).
Degenerasi dapat disebabkan oleh beberapa hal, misalnya penggunaan obat bius di
kalangan anak-anak muda dapat mengakibatkan atau kemunduran, perubahan menjadi
sesuatu yang rusak.
Kemunduran atau
rusaknya suatu generasi ini dapat mempengaruhi seluruh aspek kehidupan. Dalam
kebudayaan degenerasi mengakibatkan nilai-nilai yang telah dibangun dalam taraf
tertentu tidak dapat diterima generasi yang bersangkutan. Akibatnya terjadi
pencarian nilai baru yang sesuai dengan masyarakat tersebut.
d. Biome
Biome atau Ekosistem
adalah komunitas organisme yang saling tergantung bersama dengan komponen
anorganik dari lingkungan mereka, termasuk air, tanah, dan udara. Bumi adalah
ekosistem terbesar, dibagi menjadi biomes atau daerah yang luas dengan iklim
dan vegetasi yang serupa. Suatu ekosistem yang besar, membentang dari kawasan
geografis yang luas, dicirikan oleh beberapa bentuk kehidupan yang dominan. Ada
dua jenis dasar biome: darat, atau berbasis darat (dari mana terdapat enam),
dan perairan. Kedua jenis ini dibagi lebih jauh ke laut dan air tawar biomes.
Dalam biome atau
ekosistem, jumlah dari semua makhluk hidup disebut sebagai komunitas biologis.
Kadang-kadang istilah biota, yang mengacu pada semua flora dan fauna (tanaman
dan hewan) di suatu daerah, digunakan sebagai gantinya. Dengan demikian, masyarakat biologis adalah konsep
yang lebih besar, karena itu termasuk mikroorganisme, yang vital bagi fungsi
jaringan makanan. Makanan, yang dapat dianggap sebagai suatu jaringan saling
berhubungan rantai makanan adalah cara energi yang ditransfer melalui komunitas
biologis. Tanpa mikroorganisme yang dikenal sebagai dekomposer, kunci hubungan
dalam jaringan makanan akan hilang.
e. Lingkungan
Sosial
Lingkungan sosial atau
lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dan segala benda, daya dan keadaan serta
makhluk hidup, termasuk manusia dan perilaku yang mempengaruhi kelangsungan
kehidupan dan kesejateraan manusia serta makhluk-makhluk lainnya.
Sebagai makhluk sosial,
manusia tidak pernah bisa hidup seorang diri. Dimanapun dan bilamana pun
manusia senantiasa memerlukan kerjasama dengan orang lain. Manusia membentuk kelompok
sosial diantara sesama dalam upayanya mempertahankan hidup dan mengembangkan
kehidupan. Dalam suatu kehidupan sosial, manusia juga memerlukan organisasi,
yaitu suatu jaringan interaksi social antar sesama untuk menjamin ketertiban sosial,
seperti keluarga, kelompok masyarakat dan lain-lain. Lingkungan sosial
merupakan tempat berlangsungnya bermacam-macam interaksi sosial antara anggota
atau kelompok masyarakat beserta pranatanya dengan simbol dan nilai serta norma
yang sudah mapan, serta terkait dengan lingkungan alam dan lingkungan buatan.
Lingkungan alam hayati
dan lingkungan alam non hayati merupakan bagian-bagian dari 1ingkungan al am yang
berujud fisik . Lingkungan alam buatan adalah lingkungan yang dikelola manusia
untuk kepentingannyca. Manusia
membentuk linglkungan dengan mengubah sumber-sumber alam (hayati dan non hayati
) untuk kenikmatan hidup manusia. Dengan menggunakan ketrampilan dan teknologi
canggih/tepat guna dapat mengubah 1ingkungan fisik. Dalam lingkungan buatan,
manusia menjadi subyek. Contoh lingkungan buatan yaitu manusia mengubah padang
pasir menjadi daerah pertanian dengan sistem irigasi dan mekanisasi pertanian
yang baik. Dalam lingkungan alam, manusia sebagai obyek, masih hidup meramu,
dengan hanya mengumpulkan buah, daun dari alam sekitar sebagai bahan makanan.
Lingkungan sosial meliputi manusia sebagai subyek maupun obyek, sebagai
perorangan dalam kaitan dengan orang lain, dimana fungsi dan peranan manusia
ditentukan oleh pranata-pranata dan nilai-nilai sosial, seperti perkawinan,
organisasi, adat, tradisi dan lain-lain.
C.
Struktur
Kebudayaan
Struktur biasanya
diartikan sebagai susunan, membahas tentang terbentuknya suatu bangunan. Dalam
kebudayaan, pembahasan struktur selalu dikaitkan dengan ujud kebudayaan. Ujud
kebudayaan dibedakan menjadi tiga, yaitu kebudayaan yang berupa gagasan,
aktivitas, dan artefak atau hasil karya.
1. Gagasan (Wujud ideal)
Wujud ideal kebudayaan
adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai,
norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat
diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di
alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan
mereka itu dalam bentuk tulisan maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada
dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat
tersebut.
2. Aktivitas (tindakan)
Aktivitas adalah wujud
kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu.
Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri
dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak,
serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang
berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan
sehari-hari dan dapat diamati dan didokumentasikan.
3. Artefak (hasil karya)
Artefak adalah wujud
kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua
manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba,
dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud
kebudayaan tersebut di atas.
Dalam kenyataan
kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa
dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh wujud kebudayaan
ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak)
manusia.
Selain pembagian
tersebut terdapat kalsifikasi lain. Klasifikasi ini membagi kebudayaan dalam
kebudayan materiil dan kebudayaan nonmateriil. :
a. Kebudayaan Material
Kebudayaan material
mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam
kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu
penggalian arkeologi, seperti mangkuk tanah liat, perhiasan, senjata, dan
seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang-barang, seperti televisi,
pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin
cuci.
b. Kebudayaan Nonmaterial
Kebudayaan nonmaterial
adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi,
misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar