PEMBENTUKAN/PERUBAHAN KEBUDAYAAN
KAJIAN
TEORETIS
A. Pengertian
Perubahan Sosial Budaya
Terdapat beberapa pengertian tentang perubahan
kebudayaan yang masing-masing berbeda penekanannya. Berikut ini ada beberapa
pengertian dari perubahan sosial budaya.
1. Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial
budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya
ketidaksesuaian unsur-unsur.
2. W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial
budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka
waktu lama
B. Faktor-faktor
Perubahan Sosial Budaya
Terjadinya sebuah
perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut
diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga mendukung
perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan
sesuai yang diharapkan.
1.
Faktor
Pendorong Perubahan
Faktor pendorong
merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Ada sembilan faktor yang
mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu.
a. Terjadinya
Kontak dengan Kebudayaan Lain.
Bertemunya budaya yang
berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan menghimpun berbagai
penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan
bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan
tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.
b. Sistem
Pendidikan Formal Yang Maju.
Pendidikan merupakan
salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat.
Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah,
rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai
apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah
perubahan atau tidak.
c. Sikap
Menghargai Hasil Karya Orang dan Keinginan Untuk Maju.
Sebuah hasil karya bisa
memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan
berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.
d. Toleransi
Terhadap Perbuatan-Perbuatan Yang Menyimpang.
Penyimpangan sosial
sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan
cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat
diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.
e. Sistem
Terbuka dalam Lapisan-Lapisan Masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak
sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas oleh anggota masyarakat.
Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan
dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat
mengembangkan kemampuan dirinya.
f. Penduduk
yang Heterogen.
Masyarakat heterogen
dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi
pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian
merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk
mencapai keselarasan sosial.
g. Ketidakpuasan
Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Rasa tidak puas bisa
menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa
perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.
h. Orientasi
Ke Masa Depan
Kondisi yang senantiasa
berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran
yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir
maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan
perkembangan dan tuntutan zaman.
i. Nilai,
Manusia Harus Selalu Berusaha Untuk Perbaikan Hidup.
Usaha merupakan
keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas
dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor
terjadinya perubahan.
C. Faktor
Penghambat Perubahan
Banyak faktor yang
menghambat sebuah proses perubahan. Ada
delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa
lampau dan cenderung konservatif.
4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang
sudah tertanam kuat (vested interest).
5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi
kebudayaan dan menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam
masyarakat.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing,
terutama yang berasal dari Barat.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat
yang cenderung sukar diubah.
D. Bentuk
Perubahan Sosial Budaya
Perubahan adalah sebuah
kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun
kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan
sosial dapat dibedakan menjadi.
1. Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)
Perubahan sebagai suatu
kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat.
Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan
dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional,
dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan
berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah
perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan dalam
masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).
Perubahan dalam arti
progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat transportasi, dan
penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik membuat kebutuhan
manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat elektronik meringankan
pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh hiburan dan informasi; penemuan
alat-alat transportasi memudahkan dan mempercepat mobilitas manusia proses
pengangkutan; dan penemuan alat-alat komunikasi modern seperti telepon dan
internet, memperlancar komunikasi jarak jauh.
2. Perubahan
sebagai suatu kemunduran (regress)
Tidak semua perubahan
yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang
dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa menimbulkan masalah baru.
Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan
itu dianggap sebagai sebuah kemunduran.
Misalnya, penggunaan HP
sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam komunikasi
manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa komunikasi langsung
dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat
jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi
secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan dampak berkurangnya
kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atai individu.
Jika dilihat dari segi
cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
a. Evolusi
dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan cepat)
Evolusi adalah
perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam
menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang
timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah
perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu
bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan,
maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.
Revolusi, yaitu
perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi
diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat,
ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan
tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan
tertentu, antara lain:
i. Ada
keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
ii. Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin
masyarakat tersebut.
iii. Harus bisa memanfaatkan momentum untuk
melaksanakan revolusi.
iv. Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat
ditunjukkan kepada rakyat.
v. Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan,
serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang
diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi. Contoh perubahan
secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim Soeharto),
peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).
b. Perubahan
Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa
pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan
kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Perubahan besar adalah
perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh
langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah
dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan
masyarakat.
c. Perubahan
yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan
atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan
perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu
seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk
memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk
mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah
pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan
tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak
dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di
luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya
akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak
dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa
kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan
tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.
E. Karakteristik
Perubahan Sosial dan Budaya
1.
Tidak ada
masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiap masyarakat mengalami
perubahan secara cepat ataupun lambat.
2.
Perubahan
yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti perubahan pada lembaga
sosial yang ada.
3.
Perubahan
yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan sementara karena
orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
4.
Perubahan
tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya
saling berkaitan.
F. Sebab-Sebab
Perubahan Sosial Budaya
Sebuah perubahan bisa
terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau sebab dari luar (ekstern). Dalam
sebuah masyarakat, perubahan sosial dan budaya bisa terjadi karena sebab dari
masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat (http: //sosial-budaya.blogspot.com/2009/09/sebab-sebab-perubahan-sosial-budaya.html)
1. Sebab Intern
Sebab intern merupakan
sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain.
a. Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan
penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada
tempat tinggal; yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau
terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan
perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi
dan urbanisasi.
b. Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang
di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan
baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
c. Munculnya berbagai bentuk pertentangan
(conflict) dalam masyarakat.
d. Terjadinya pemberontakan atau revolusi
sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya,
Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran
dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada
doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik
dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.
2.
Sebab Ekstern
Sebab ekstern adalah sebab yang berasal dari dalam
masyarakat sendiri, antara lain.
a.
Adanya
pengaruh bencana alam.
Kondisi ini terkadang
memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah
kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru,
maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang
baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada
struktur dan pola kelembagaannya.
b.
Adanya peperangan.
Peristiwa peperangan,
baik perang saudara maupun perang antar negara dapat menyebabkan perubahan,
karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan
kebudayaannya kepada pihak yang kalah.
c.
Adanya
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua
kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu
kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect.
Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity.
Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain,
maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli
dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Suatu perilaku atau
budaya yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk diubah. Masyarakat lebih
menyukai kehidupan mereka berjalan seperti biasa dan berusaha untuk
mempertahankan hal-hal yang nyaman. Kondisi ini menjadi alasan bahwa adanya
hal-hal baru pada awalnya cenderung ditolak. Sebagai contoh, orang tuamu
mungkin menolak ketika kamu meminta sebuah handphone baru. Bagi mereka, kamu
belum cukup dewasa untuk menggunakan alat komunikasi tersebut. Di sini
kebanyakan orang lupa bahwa alat komunikasi seperti handphone dibutuhkan
semata-mata sebagai alat penghubung antar manusia dalam berkomunikasi, dan
tidak ada hubungan dengan kedewasaan seseorang. Tentu seorang anak balita tidak
mungkin menggunakan handphone, karena belum mempu menguasai dan mengoperasikan
alat tersebut.
Pada umumnya masyarakat
sulit mengikuti perubahan yang akan merubah kebiasaan, lembaga sosial,
kepercayaan dan kebiasaan. Namun ini tidak berarti bahwa semua perubahan selalu
mendapat tantangan dari seluruh anggota masyarakat.
Terdapat lima faktor
penting yang sangat berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya
unsur budaya baru, yaitu:
1. Kebiasaan masyarakat berhubungan dengan masyarakat
yang berbeda kebudayaan. Sikap masyarakat yang terbuka beraneka ragam
kebudayaan, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang lebih mudah untuk
menerima kebudayaan asing atau baru. Sebaliknya, masyarakat yang tertutup lebih
sulit membuka diri dan mengadakan perubahan. Terbuka dan tertutupnya sebuah
masyarakat tidak harus melalui kontak sosial secara langsung. Akses terhadap
media komunikasi juga menjadi faktor penentu terbuka atau tertutupnya sebuah
masyarakat.
2. Unsur budaya baru mudah diterima jika tidak
bertentangan dengan ajaran agama. Unsur budaya baru yang masuk diharapkan tidak
merusak norma atau peraturan yang ada. Misalnya, sebuah televisi lokal akan
menayangkan film-film Holywood dengan tema perselingkuhan. Film tersebut baik
dan dipuji di negara-negara Barat, karena menampilkan sosok perempuan yang kuat
dan mampug membalas dendam terhadap perbuatan selingkuh suaminya. Meskipun film
tersebut baik, masyarakat belum tentu menerimanya. Masyarakat yang memiliki
nilai agama yang kuat, yang memahami perselingkuhan sebagai salah (dosa) akan
menolak film semacam itu. Masyarakat bahkan tidak segan-segan memprotes dan
memboikot jaringan televisi yang berani menyiarkannya. Contoh yang paling nyata
dan terjadi di Indonesia adalah penolakan terhadap terbit dan beredarnya
majalah Playboy berbahasa Indonesia. Majalah untuk pembaca dewasa yang terkenal
dengan gambar-gambarnya yang seronok ini ditolak masyarakat, karena
bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan agama.
3. Corak struktur masyarakat yang menentukan proses
penerimaan unsur kebudayaan baru. Masyarakat dengan struktur yang otoriter akan
sukar menerima setiap unsur kebudayaan baru, kecuali kebudayaan baru tersebut
langsung atau tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh rezim yang berkuasa.
Misalnya, Myanmar dewasa ini hidup di bawah kontrol dan kendali kekuasaan rezim
militer yang tidak demokratis. Seluruh aktivitas demokrasi seperti demonstrasi,
kebebasan pers, rapat massa, mimbar bebas, bahkan ritual dan ajaran keagamaan
semuanya dikontrol pemerintah. Wartawan asing tidak boleh seenaknya masuk ke
negara tersebut. Wartawan dalam negeri juga tidak boleh mengirim berita buruk
ke luar negeri. Semua pemberitaan harus seizin dan dikontrol oleh negara. Dalam
keadaan demikian, sulit mengharapkan sebuah perubahan ke arah demokrasi di
negara Myanmar. Hal yang sama juga terjadi di Tibet yang dikuasai dan
dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah China. Kepentingan China adalah Tibet
harus tetap berada di bawah kekuasaannya. Sementara rakyat Tibet sendiri ingin
memerdekakan diri dan membentuk sebuah negara berdaulat. Perbedaan kepentingan
politik semacam ini menyebabkan pemerintah dan milite China tidak segan-segan
menindak dengan keras setiap aksi protes dan kerusuhan di sana. Pers dan turis
asing dibatasi, dan kalau perlu juga dilarang masuk ke Tibet. Masyarakat yang
tertutup dengan penguasa yang otoriter semacam ini akan menutup diri terhadap
segala perubahan, terutama yang membahayakan penguasa sendiri.
4. Unsur kebudayaan baru mudah diterima jika
sebelumnya sudah ada unsur budaya yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur
baru tersebut. Misalnya, sudah adanya prasarana jalan yang bisa dilewati kendaraan
bermotor di suatu daerah terpencil akan memudahkan masuknya kendaraan-kendaraan
bermotor seperti sepeda motor atau mobil. Masyarakat setempat pun akan membeli
kendaraan bermotor karena lebih memudahkan mobilitas sosial dibandingkan dengan
sarana transportasi tradisional seperti kuda, dokar, dan sebagainya. Demikian
pula halnya dengan alat-alat elektronik seperti televisi, VCD/DVD player,
komputer, lemari es, dan lain-lain akan mudah diterima kalau sudah ada jaringan
listrik yang masuk.
5. Unsur baru yang terbukti mempunyai kegunaan
konkret dan terjangkau. Anggota masyarakat akan mudah diterima unsur budaya
baru yang terbukti memberikan guna dan bisa dijangkau. Sebaliknya unsur baru
yang belum terbukti kegunaanya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota
masyarakat lebih sulit diterima.
Contoh yang mudah diterima.
a. Pesawat radio dapat diterima dengan mudah
oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. . Karena pesawat radio memiliki
manfaat yang nyata, yaitu sebagai alat untuk memperoleh hiburan dan informasi.
Selain itu, kebanyakan masyarakat juga memiliki kemampuan untuk membelinya.
b. Program listrik masuk desa. Program itu mudah
diterima warga setempat karena masyarakat bisa tahu manfaat terbangunnya
jaringan listrik di daerahnya. Listrik sangat berguna untuk penerangan dan
untuk mengoperasikan alat-alat elektronik yang dibutuhkan warga masyarakat.
c. Kebijakan pemerintah RI mengkonversi atau
mengganti penggunaan kompor minyak tanah dengan kompor gas. Selama ini
masyarakat umumnya menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak maupun membuka
usaha. Sejalan dengan semakin mahalnya minyak tanah, pemerintah memutuskan
untuk mengubahnya dengan kompor gas. Tetapi, karena gas tergolong mahal,
pemerintah meluncurkan program gas tiga kilogram dengan harga yang sangat
murah. Bahkan pemerintah pun membagi secara gratis kompor gas dan sebuah tabung
berisi gas. Kebijakan ini dilakukan untuk mempercepat proses peralihan dari
kompor minyak tanah ke kompor gas.
Perubahan semacam ini
tentu menimbulkan pro dan kontra. Meskipun demikian, masyarakat akan dengan
senang hati beralih dari kompor minyak tanah ke kompor gas jika perubahan ini
menguntungkan. Misalnya, memang terbukti benar, bahwa menggunakan kompor gas
jauh lebih murah dari pada menggunakan kompor minyak tanah, baik untuk memasak
di rumah maupun untuk kepentingan usaha.
F. Teori-teori Perubahan Kebudayaan
Perubahan
dan pembentukan kebudayaan tersebut apabila dilihat dari segi teorinya dapat
dijelaskan sebagai barikut.
1. Inkulturasi
Lafal en dan in
dipergunakan dengan maksud dan kadar yang sama, en berasal dari
bahasa Yunani, in dari bahasa Latin Keduanya sama-sama berarti
“ke dalam” budaya. Jadi Inkulturasi. Artinya individu atau seseorang
diintegrasikan ke dalam kebudayaan sejaman dan setempat
Inkulturasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Inkulturasi)
adalah sebuah istilah yang digunakan di dalam paham Kristiani, terutama dalam
Gereja Katolik Roma, yang merujuk pada adaptasi dari ajaran-ajaran Gereja pada
saat diajukan pada kebudayaan-kebudayaan non-Kristiani, dan untuk mempengaruhi
kebudayaan-kebudayaan tersebut pada evolusi ajaran-ajaran gereja.
2. Akulturasi
Cultural change is a
change in the cultural behavior and thinking of an individual or group through
contact with another culture absorption of culture: the process by which
somebody absorbs the culture of a society from birth onward process by which
continuous contact between two or more distinct societies causes cultural
change. This can happen in one of two ways. The beliefs and customs of the
groups may merge almost equally and result in a single culture. More often,
however, one society completely absorbs the cultural patterns of another
through a process of selection and modification. This change often occurs
because of political or military domination. It may cause considerable
psychological disturbance and social unrest
Proses dimana terjadi
kontak terus-menerus dua atau lebih masyarakat berbeda mengakibatkan perubahan
budaya. Ini dapat terjadi dalam satu atau dua cara. Kepercayaan dan kebiasaan
dari kelompok-kelompok yang sebagian sama bergabung menghasilkan satu
kebudayaan (baru). Paling sering adalah suatu masyarakat menghisap sepenuhnya
pola kebudayaan dari masyarakat lain melalui sebuah proses seleksi dan
modifikasi. Perubahan ini sering terjadi karena dominasi politik atau militer.
Mungkin akibat gangguan psikologis pantas dipertimbangkan dan kegelisahan/
kerusuhan sosial
Proses akulturasi di
Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul
radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi
pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all
humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima
unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada
refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena
kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran
asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih
dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai
pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat
mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi
dalam.
3. Asimilasi
Assmilation is the
process by which individuals or groups are absorbed into and adopt the dominant
culture and society of another group. The term assimilation is generally used
with regard to immigrants to a new land, such as the various ethnic groups who
have settled in the United States. New customs and attitudes are acquired
through contact and communication. The transfer of customs is not simply a
one-way process, each group of immigrants contributes some of its own cultural
traits to its new society. Assimilation usually involves a gradual change and
takes place in varying degrees; full assimilation occurs when new members of a
society become indistinguishable from older members
Asimilasi merupakan
proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar
kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif
untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing
berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah
wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.
4. Evolusi
Proses evolusi dari
suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti
seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang
dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja
(macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan
membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang
terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
Proses ini mengenai
suatu aktivitas dalam sebuah lingkunagn atau suatu adat dimana aktivitas yang
dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang
menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Namun pada suatu ketika dan sering
terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan
sehari-hari di setiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa
mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan
tersebut. Maka masyrakat terpaksa memberi konsesinya, dan adat serta aturan
diubah sesuai dengan keperluan baru dari indibidu-individu didalam masyarakat.
Proses Mengarah dalam
Evolusi Kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan
terlihat prubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah
(dirctional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang
bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal
dari Neolitik, kemudian berubah menjadi Mesolitik dan akhirnya berubah menuju
Paleolitik.
5. Difusi
Difusi adalah
Peneyebaran. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di
daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah
menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan
adanya proses pembiakan dan geraka penyebaran atau migrasi-migrasi yang
disertai dengan proses adpatasi fisik dan sosial budaya.
Penyebaran Unsur-Unsur
Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia
di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari
proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang
disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh
kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi
karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan
mereka adalah para pedagang dan pelaut.
6. Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu
proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan
baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan
menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses
inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu
penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua
tahap khusus yaitu discovery dan invention.
Penemuan adalah suatu
penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru,
ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa
individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention
apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Pendorong Penemuan
Baru. Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk
memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru anatar lain :
n Kesadaran para individu
akan kekurangan dalam kebudayaan.
n Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
n Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam
masyarakat.
Perubahan kebudayaan
dapat terjadi melalui subsitusi (penggantian unsur lama oleh unsur yang baru,
yang secara fungsional dapat diterima oleh unsur-unsur lainnya). Dapat juga
karena kehilangan sebuah unsur atau seperangkat unsur tanpa ada gantinya. Atau
terjadi melalui inkrepentasi atau penambahan unsur-unsur baru dalam kebuadayaan
tanpa mengganti sesuatu unsur yang sudah ada dalam kebudayaan tersebut. Suatu
modifikasi yang terjadi dalam perangkat2 ide dan disetujui secara sosial oleh
para warga masyarakat yang bersangkutan
Perubahan kebudayaan
dapat terjadi pada.
1. Isi
2. Struktur
3. Konfigurasi cara-cara
hidup
4. Bentuk
5. Fungsi
6. Nilai
7. Pranata (intitusi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar