Rabu, 27 Juli 2016

PEMBENTUKAN/PERUBAHAN KEBUDAYAAN KAJIAN TEORETIS




PEMBENTUKAN/PERUBAHAN KEBUDAYAAN
                                                                    KAJIAN TEORETIS 

A.    Pengertian Perubahan Sosial Budaya
Terdapat beberapa pengertian tentang perubahan kebudayaan yang masing-masing berbeda penekanannya. Berikut ini ada beberapa pengertian dari perubahan sosial budaya.
1.      Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur. 
2.      W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama

B.     Faktor-faktor Perubahan Sosial Budaya
Terjadinya sebuah perubahan tidak selalu berjalan dengan lancar, meskipun perubahan tersebut diharapkan dan direncanakan. Terdapat faktor yang mendorong sehingga mendukung perubahan, tetapi juga ada faktor penghambat sehingga perubahan tidak berjalan sesuai yang diharapkan.
1.      Faktor Pendorong Perubahan
Faktor pendorong merupakan alasan yang mendukung terjadinya perubahan. Ada sembilan faktor yang mendorong terjadinya perubahan sosial, yaitu.
a.   Terjadinya Kontak dengan Kebudayaan Lain.
Bertemunya budaya yang berbeda menyebabkan manusia saling berinteraksi dan menghimpun berbagai penemuan yang telah dihasilkan, baik dari budaya asli maupun budaya asing, dan bahkan hasil perpaduannya. Hal ini dapat mendorong terjadinya perubahan dan tentu akan memperkaya kebudayaan yang ada.

b.   Sistem Pendidikan Formal Yang Maju.
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang bisa mengukur tingkat kemajuan sebuah masyarakat. Pendidikan telah membuka pikiran dan membiasakan berpola pikir ilmiah, rasional, dan objektif. Hal ini akan memberikan kemampuan manusia untuk menilai apakah kebudayaan masyarakatnya memenuhi perkembangan zaman, dan perlu sebuah perubahan atau tidak.

c.   Sikap Menghargai Hasil Karya Orang dan Keinginan Untuk Maju.
Sebuah hasil karya bisa memotivasi seseorang untuk mengikuti jejak karya. Orang yang berpikiran dan berkeinginan maju senantiasa termotivasi untuk mengembangkan diri.

d.   Toleransi Terhadap Perbuatan-Perbuatan Yang Menyimpang.
Penyimpangan sosial sejauh tidak melanggar hukum atau merupakan tindak pidana, dapat merupakan cikal bakal terjadinya perubahan sosial budaya. Untuk itu, toleransi dapat diberikan agar semakin tercipta hal-hal baru yang kreatif.

e.   Sistem Terbuka dalam Lapisan-Lapisan Masyarakat.
Open stratification atau sistem terbuka memungkinkan adanya gerak sosial vertikal atau horizontal yang lebih luas oleh anggota masyarakat. Masyarakat tidak lagi mempermasalahkan status sosial dalam menjalin hubungan dengan sesamanya. Hal ini membuka kesempatan kepada para individu untuk dapat mengembangkan kemampuan dirinya.

f.    Penduduk yang Heterogen.
Masyarakat heterogen dengan latar belakang budaya, ras, dan ideologi yang berbeda akan mudah terjadi pertentangan yang dapat menimbulkan kegoncangan sosial. Keadaan demikian merupakan pendorong terjadinya perubahan-perubahan baru dalam masyarakat untuk mencapai keselarasan sosial.


g.   Ketidakpuasan Masyarakat Terhadap Bidang-Bidang Tertentu
Rasa tidak puas bisa menjadi sebab terjadinya perubahan. Ketidakpuasan menimbulkan reaksi berupa perlawanan, pertentangan, dan berbagai gerakan revolusi untuk mengubahnya.

h.   Orientasi Ke Masa Depan
Kondisi yang senantiasa berubah merangsang orang mengikuti dan menyesusikan dengan perubahan. Pemikiran yang selalu berorientasi ke masa depan akan membuat masyarakat selalu berpikir maju dan mendorong terciptanya penemuan-penemuan baru yang disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.

i.    Nilai, Manusia Harus Selalu Berusaha Untuk Perbaikan Hidup.
Usaha merupakan keharusan bagi manusia dalam upaya memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas dengan menggunakan sumber daya yang terbatas. Usaha-usaha ini merupakan faktor terjadinya perubahan.

C.    Faktor Penghambat Perubahan
Banyak faktor yang menghambat sebuah proses perubahan. Ada  delapan buah faktor yang menghalangi terjadinya perubahan sosial, yaitu:
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang terlambat.
3. Sikap masyarakat yang mengagungkan tradisi masa lampau dan cenderung konservatif.
4. Adanya kepentingan pribadi dan kelompok yang sudah tertanam kuat (vested interest).
5. Rasa takut terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan dan menimbulkan perubahan pada aspek-aspek tertentu dalam masyarakat.
6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing, terutama yang berasal dari Barat.
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
8. Adat dan kebiasaan tertentu dalam masyarakat yang cenderung sukar diubah.

D.    Bentuk Perubahan Sosial Budaya
Perubahan adalah sebuah kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Perubahan itu bisa berupa kemajuan maupun kemunduran. Bila dilihat dari sisi maju dan mundurnya, maka bentuk perubahan sosial dapat dibedakan menjadi.
1.   Perubahan sebagai suatu kemajuan (progress)
Perubahan sebagai suatu kemajuan merupakan perubahan yang memberi dan membawa kemajuan pada masyarakat. Hal ini tentu sangat diharapkan karena kemajuan itu bisa memberikan keuntungan dan berbagai kemudahan pada manusia. Perubahan kondisi masyarakat tradisional, dengan kehidupan teknologi yang masih sederhana, menjadi masyarakat maju dengan berbagai kemajuan teknologi yang memberikan berbagai kemudahan merupakan sebuah perkembangan dan pembangunan yang membawa kemajuan. Jadi, pembangunan dalam masyarakat merupakan bentuk perubahan ke arah kemajuan (progress).
Perubahan dalam arti progress misalnya listrik masuk desa, penemuan alat-alat transportasi, dan penemuan alat-alat komunikasi. Masuknya jaringan listrik membuat kebutuhan manusia akan penerangan terpenuhi; penggunaan alat-alat elektronik meringankan pekerjaan dan memudahkan manusia memperoleh hiburan dan informasi; penemuan alat-alat transportasi memudahkan dan mempercepat mobilitas manusia proses pengangkutan; dan penemuan alat-alat komunikasi modern seperti telepon dan internet, memperlancar komunikasi jarak jauh.

2.   Perubahan sebagai suatu kemunduran (regress)
Tidak semua perubahan yang tujuannya ke arah kemajuan selalu berjalan sesuai rencana. Terkadang dampak negatif yang tidak direncanakan pun muncul dan bisa menimbulkan masalah baru. Jika perubahan itu ternyata tidak menguntungkan bagi masyarakat, maka perubahan itu dianggap sebagai sebuah kemunduran.
Misalnya, penggunaan HP sebagai alat komunikasi. HP telah memberikan kemudahan dalam komunikasi manusia, karena meskipun dalam jarak jauh pun masih bisa komunikasi langsung dengan telepon atau SMS. Disatu sisi HP telah mempermudah dan mempersingkat jarak, tetapi disisi lain telah mengurangi komunikasi fisik dan sosialisasi secara langsung. Sehingga teknologi telah menimbulkan dampak berkurangnya kontak langsung dan sosialisasi antar manusia atai individu.
Jika dilihat dari segi cepat atau lambatnya perubahan, maka perubahan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a.   Evolusi dan Revolusi (perubahan lambat dan perubahan cepat)
Evolusi adalah perubahan secara lambat yang terjadi karena usaha-usaha masyarakat dalam menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Contoh perubahan evolusi adalah perubahan pada struktur masyarakat. Suatu masyarakat pada masa tertentu bentuknya sangat sederhana, namun karena masyarakat mengalami perkembangan, maka bentuk yang sederhana tersebut akan berubah menjadi kompleks.
Revolusi, yaitu perubahan sosial mengenai unsur-unsur kehidupan atau lembaga-lembaga kemasyarakatan yang berlangsung relatif cepat. Seringkali perubahan revolusi diawali oleh munculnya konflik atau ketegangan dalam masyarakat, ketegangan-ketegangan tersebut sulit dihindari bahkan semakin berkembang dan tidak dapat dikendalikan. Terjadinya proses revolusi memerlukan persyaratan tertentu, antara lain:
i.        Ada keinginan umum untuk mengadakan suatu perubahan.
ii.    Adanya pemimpin/kelompok yang mampu memimpin masyarakat tersebut.
iii.  Harus bisa memanfaatkan momentum untuk melaksanakan revolusi.
iv.  Harus ada tujuan gerakan yang jelas dan dapat ditunjukkan kepada rakyat.
v.    Kemampuan pemimpin dalam menampung, merumuskan, serta menegaskan rasa tidak puas masyarakat dan keinginan-keinginan yang diharapkan untuk dijadikan program dan arah gerakan revolusi. Contoh perubahan secara revolusi adalah peristiwa reformasi (runtuhnya rezim Soeharto), peristiwa Tsunami di Aceh, semburan lumpur Lapindo (Sidoarjo).

b.   Perubahan Kecil dan Perubahan Besar
Perubahan kecil adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang tidak membawa pengaruh langsung atau pengaruh yang berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan kecil adalah perubahan mode rambut atau perubahan mode pakaian.
Perubahan besar adalah perubahan yang terjadi pada unsur-unsur struktur sosial yang membawa pengaruh langsung atau pengaruh berarti bagi masyarakat. Contoh perubahan besar adalah dampak ledakan penduduk dan dampak industrialisasi bagi pola kehidupan masyarakat.

c.   Perubahan yang Direncanakan dan Tidak Direncanakan
Perubahan yang dikehendaki atau yang direncanakan merupakan perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang hendak melakukan perubahan di masyarakat. Pihak-pihak tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok orang yang mendapat kepercayaan masyarakat untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan perubahan yang terjadi di luar jangkauan pengawasan masyarakat dan dapat menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan. Contoh perubahan yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah munculnya berbagai peristiwa kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan tatanan Orde Baru ke Orde Reformasi.


E.     Karakteristik Perubahan Sosial dan Budaya
1.      Tidak ada masyarakat yang perkembangannya berhenti karena setiap masyarakat mengalami perubahan secara cepat ataupun lambat.
2.      Perubahan yang terjadi pada lembaga kemasyarakatan akan diikuti perubahan pada lembaga sosial yang ada.
3.      Perubahan yang berlangsung cepat biasanya akan mengakibatkan kekacauan sementara karena orang akan berusaha untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi.
4.      Perubahan tidak dapat dibatasi pada bidang kebendaan atau spiritual saja karena keduanya saling berkaitan.

F.     Sebab-Sebab Perubahan Sosial Budaya
Sebuah perubahan bisa terjadi karena sebab dari dalam (intern) atau sebab dari luar (ekstern). Dalam sebuah masyarakat, perubahan sosial dan budaya bisa terjadi karena sebab dari masyarakat sendiri atau yang berasal dari luar masyarakat (http: //sosial-budaya.blogspot.com/2009/09/sebab-sebab-perubahan-sosial-budaya.html)
1.      Sebab Intern
Sebab intern merupakan sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain.
a.   Dinamika penduduk, yaitu pertambahan dan penurunan jumlah penduduk. Pertambahan penduduk akan menyebabkan perubahan pada tempat tinggal; yang semula terpusat pada lingkungan kerabat akan berubah atau terpancar karena faktor pekerjaan. Berkurangnya penduduk juga akan menyebabkan perubahan sosial budaya. Contoh perubahan penduduk adalah program transmigrasi dan urbanisasi.
b.   Adanya penemuan-penemuan baru yang berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery) ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
c.   Munculnya berbagai bentuk pertentangan (conflict) dalam masyarakat.
d.   Terjadinya pemberontakan atau revolusi sehingga mampu menyulut terjadinya perubahan-perubahan besar. Misalnya, Revolusi Rusia (Oktober 1917) yang mampu menggulingkan pemerintahan kekaisaran dan mengubahnya menjadi sistem diktator proletariat yang dilandaskan pada doktrin Marxis. Revolusi tersebut menyebabkan perubahan yang mendasar, baik dari tatanan negara hingga tatanan dalam keluarga.

2.      Sebab Ekstern
Sebab ekstern adalah sebab yang berasal dari dalam masyarakat sendiri, antara lain.
a.       Adanya pengaruh bencana alam.
Kondisi ini terkadang memaksa masyarakat suatu daerah untuk mengungsi meninggalkan tanah kelahirannya. Apabila masyarakat tersebut mendiami tempat tinggal yang baru, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan keadaan alam dan lingkungan yang baru tersebut. Hal ini kemungkinan besar juga dapat memengaruhi perubahan pada struktur dan pola kelembagaannya.

b.      Adanya peperangan.
Peristiwa peperangan, baik perang saudara maupun perang antar negara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang kalah.

c.       Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Bertemunya dua kebudayaan yang berbeda akan menghasilkan perubahan. Jika pengaruh suatu kebudayaan dapat diterima tanpa paksaan, maka disebut demonstration effect. Jika pengaruh suatu kebudayaan saling menolak, maka disebut cultural animosity. Jika suatu kebudayaan mempunyai taraf yang lebih tinggi dari kebudayaan lain, maka akan muncul proses imitasi yang lambat laun unsur-unsur kebudayaan asli dapat bergeser atau diganti oleh unsur-unsur kebudayaan baru tersebut.
Suatu perilaku atau budaya yang sudah menjadi kebiasaan akan sulit untuk diubah. Masyarakat lebih menyukai kehidupan mereka berjalan seperti biasa dan berusaha untuk mempertahankan hal-hal yang nyaman. Kondisi ini menjadi alasan bahwa adanya hal-hal baru pada awalnya cenderung ditolak. Sebagai contoh, orang tuamu mungkin menolak ketika kamu meminta sebuah handphone baru. Bagi mereka, kamu belum cukup dewasa untuk menggunakan alat komunikasi tersebut. Di sini kebanyakan orang lupa bahwa alat komunikasi seperti handphone dibutuhkan semata-mata sebagai alat penghubung antar manusia dalam berkomunikasi, dan tidak ada hubungan dengan kedewasaan seseorang. Tentu seorang anak balita tidak mungkin menggunakan handphone, karena belum mempu menguasai dan mengoperasikan alat tersebut.
Pada umumnya masyarakat sulit mengikuti perubahan yang akan merubah kebiasaan, lembaga sosial, kepercayaan dan kebiasaan. Namun ini tidak berarti bahwa semua perubahan selalu mendapat tantangan dari seluruh anggota masyarakat.
Terdapat lima faktor penting yang sangat berperan dan berpengaruh terhadap diterima atau ditolaknya unsur budaya baru, yaitu:
1.      Kebiasaan masyarakat berhubungan dengan masyarakat yang berbeda kebudayaan. Sikap masyarakat yang terbuka beraneka ragam kebudayaan, cenderung menghasilkan warga masyarakat yang lebih mudah untuk menerima kebudayaan asing atau baru. Sebaliknya, masyarakat yang tertutup lebih sulit membuka diri dan mengadakan perubahan. Terbuka dan tertutupnya sebuah masyarakat tidak harus melalui kontak sosial secara langsung. Akses terhadap media komunikasi juga menjadi faktor penentu terbuka atau tertutupnya sebuah masyarakat.
2.      Unsur budaya baru mudah diterima jika tidak bertentangan dengan ajaran agama. Unsur budaya baru yang masuk diharapkan tidak merusak norma atau peraturan yang ada. Misalnya, sebuah televisi lokal akan menayangkan film-film Holywood dengan tema perselingkuhan. Film tersebut baik dan dipuji di negara-negara Barat, karena menampilkan sosok perempuan yang kuat dan mampug membalas dendam terhadap perbuatan selingkuh suaminya. Meskipun film tersebut baik, masyarakat belum tentu menerimanya. Masyarakat yang memiliki nilai agama yang kuat, yang memahami perselingkuhan sebagai salah (dosa) akan menolak film semacam itu. Masyarakat bahkan tidak segan-segan memprotes dan memboikot jaringan televisi yang berani menyiarkannya. Contoh yang paling nyata dan terjadi di Indonesia adalah penolakan terhadap terbit dan beredarnya majalah Playboy berbahasa Indonesia. Majalah untuk pembaca dewasa yang terkenal dengan gambar-gambarnya yang seronok ini ditolak masyarakat, karena bertentangan dengan nilai-nilai kesopanan dan agama.
3.      Corak struktur masyarakat yang menentukan proses penerimaan unsur kebudayaan baru. Masyarakat dengan struktur yang otoriter akan sukar menerima setiap unsur kebudayaan baru, kecuali kebudayaan baru tersebut langsung atau tidak langsung dirasakan manfaatnya oleh rezim yang berkuasa. Misalnya, Myanmar dewasa ini hidup di bawah kontrol dan kendali kekuasaan rezim militer yang tidak demokratis. Seluruh aktivitas demokrasi seperti demonstrasi, kebebasan pers, rapat massa, mimbar bebas, bahkan ritual dan ajaran keagamaan semuanya dikontrol pemerintah. Wartawan asing tidak boleh seenaknya masuk ke negara tersebut. Wartawan dalam negeri juga tidak boleh mengirim berita buruk ke luar negeri. Semua pemberitaan harus seizin dan dikontrol oleh negara. Dalam keadaan demikian, sulit mengharapkan sebuah perubahan ke arah demokrasi di negara Myanmar. Hal yang sama juga terjadi di Tibet yang dikuasai dan dikendalikan sepenuhnya oleh pemerintah China. Kepentingan China adalah Tibet harus tetap berada di bawah kekuasaannya. Sementara rakyat Tibet sendiri ingin memerdekakan diri dan membentuk sebuah negara berdaulat. Perbedaan kepentingan politik semacam ini menyebabkan pemerintah dan milite China tidak segan-segan menindak dengan keras setiap aksi protes dan kerusuhan di sana. Pers dan turis asing dibatasi, dan kalau perlu juga dilarang masuk ke Tibet. Masyarakat yang tertutup dengan penguasa yang otoriter semacam ini akan menutup diri terhadap segala perubahan, terutama yang membahayakan penguasa sendiri.
4.      Unsur kebudayaan baru mudah diterima jika sebelumnya sudah ada unsur budaya yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur baru tersebut. Misalnya, sudah adanya prasarana jalan yang bisa dilewati kendaraan bermotor di suatu daerah terpencil akan memudahkan masuknya kendaraan-kendaraan bermotor seperti sepeda motor atau mobil. Masyarakat setempat pun akan membeli kendaraan bermotor karena lebih memudahkan mobilitas sosial dibandingkan dengan sarana transportasi tradisional seperti kuda, dokar, dan sebagainya. Demikian pula halnya dengan alat-alat elektronik seperti televisi, VCD/DVD player, komputer, lemari es, dan lain-lain akan mudah diterima kalau sudah ada jaringan listrik yang masuk.
5.      Unsur baru yang terbukti mempunyai kegunaan konkret dan terjangkau. Anggota masyarakat akan mudah diterima unsur budaya baru yang terbukti memberikan guna dan bisa dijangkau. Sebaliknya unsur baru yang belum terbukti kegunaanya dan tidak terjangkau oleh kebanyakan anggota masyarakat lebih sulit diterima.

Contoh yang mudah diterima.
a.   Pesawat radio dapat diterima dengan mudah oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. . Karena pesawat radio memiliki manfaat yang nyata, yaitu sebagai alat untuk memperoleh hiburan dan informasi. Selain itu, kebanyakan masyarakat juga memiliki kemampuan untuk membelinya.
b.   Program listrik masuk desa. Program itu mudah diterima warga setempat karena masyarakat bisa tahu manfaat terbangunnya jaringan listrik di daerahnya. Listrik sangat berguna untuk penerangan dan untuk mengoperasikan alat-alat elektronik yang dibutuhkan warga masyarakat.
c.   Kebijakan pemerintah RI mengkonversi atau mengganti penggunaan kompor minyak tanah dengan kompor gas. Selama ini masyarakat umumnya menggunakan kompor minyak tanah untuk memasak maupun membuka usaha. Sejalan dengan semakin mahalnya minyak tanah, pemerintah memutuskan untuk mengubahnya dengan kompor gas. Tetapi, karena gas tergolong mahal, pemerintah meluncurkan program gas tiga kilogram dengan harga yang sangat murah. Bahkan pemerintah pun membagi secara gratis kompor gas dan sebuah tabung berisi gas. Kebijakan ini dilakukan untuk mempercepat proses peralihan dari kompor minyak tanah ke kompor gas.
Perubahan semacam ini tentu menimbulkan pro dan kontra. Meskipun demikian, masyarakat akan dengan senang hati beralih dari kompor minyak tanah ke kompor gas jika perubahan ini menguntungkan. Misalnya, memang terbukti benar, bahwa menggunakan kompor gas jauh lebih murah dari pada menggunakan kompor minyak tanah, baik untuk memasak di rumah maupun untuk kepentingan usaha.

F. Teori-teori Perubahan Kebudayaan
      Perubahan dan pembentukan kebudayaan tersebut apabila dilihat dari segi teorinya dapat dijelaskan sebagai barikut.
1.      Inkulturasi
Lafal  en dan in dipergunakan dengan maksud dan kadar yang sama, en berasal dari bahasa Yunani, in dari bahasa Latin Keduanya sama-sama berarti “ke dalam” budaya. Jadi Inkulturasi. Artinya individu atau seseorang diintegrasikan ke dalam kebudayaan sejaman dan setempat
Inkulturasi (http://id.wikipedia.org/wiki/Inkulturasi) adalah sebuah istilah yang digunakan di dalam paham Kristiani, terutama dalam Gereja Katolik Roma, yang merujuk pada adaptasi dari ajaran-ajaran Gereja pada saat diajukan pada kebudayaan-kebudayaan non-Kristiani, dan untuk mempengaruhi kebudayaan-kebudayaan tersebut pada evolusi ajaran-ajaran gereja.

2.      Akulturasi
Cultural change is a change in the cultural behavior and thinking of an individual or group through contact with another culture absorption of culture: the process by which somebody absorbs the culture of a society from birth onward process by which continuous contact between two or more distinct societies causes cultural change. This can happen in one of two ways. The beliefs and customs of the groups may merge almost equally and result in a single culture. More often, however, one society completely absorbs the cultural patterns of another through a process of selection and modification. This change often occurs because of political or military domination. It may cause considerable psychological disturbance and social unrest
Proses dimana terjadi kontak terus-menerus dua atau lebih masyarakat berbeda mengakibatkan perubahan budaya. Ini dapat terjadi dalam satu atau dua cara. Kepercayaan dan kebiasaan dari kelompok-kelompok yang sebagian sama bergabung menghasilkan satu kebudayaan (baru). Paling sering adalah suatu masyarakat menghisap sepenuhnya pola kebudayaan dari masyarakat lain melalui sebuah proses seleksi dan modifikasi. Perubahan ini sering terjadi karena dominasi politik atau militer. Mungkin akibat gangguan psikologis pantas dipertimbangkan dan kegelisahan/ kerusuhan sosial
Proses akulturasi di Indonesia tampaknya beralir secara simpang siur, dipercepat oleh usul-usul radikal, dihambat oleh aliran kolot, tersesat dalam ideologi-ideologi, tetapi pada dasarnya dilihat arah induk yang lurus: ”the things of humanity all humanity enjoys”. Terdapatlah arus pokok yang dengan spontan menerima unsur-unsur kebudayaan internasional yang jelas menguntungkan secara positif.
Akan tetapi pada refleksi dan dalam usaha merumuskannya kerap kali timbul reaksi, karena kategori berpikir belum mendamaikan diri dengan suasana baru atau penataran asing. Taraf-taraf akulturasi dengan kebudayaan Barat pada permulaan masih dapat diperbedakan, kemudian menjadi overlapping satu kepada yang lain sampai pluralitas, taraf, tingkat dan aliran timbul yang serentak. Kebudayaan Barat mempengaruhi masyarakat Indonesia, lapis demi lapis, makin lama makin luas lagi dalam.

3.      Asimilasi
Assmilation is the process by which individuals or groups are absorbed into and adopt the dominant culture and society of another group. The term assimilation is generally used with regard to immigrants to a new land, such as the various ethnic groups who have settled in the United States. New customs and attitudes are acquired through contact and communication. The transfer of customs is not simply a one-way process, each group of immigrants contributes some of its own cultural traits to its new society. Assimilation usually involves a gradual change and takes place in varying degrees; full assimilation occurs when new members of a society become indistinguishable from older members
Asimilasi merupakan proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.

4.      Evolusi
Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam setiap masyarakat di dunia.
Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkunagn atau suatu adat dimana aktivitas yang dilakukan terus berulang. Dan aktivitas yang dimaksud biasanya aktivitas yang menyimpang atau diluar kehendak prilaku. Namun pada suatu ketika dan sering terjadi aktivitas tersebut selalu berulang (recurent) dalam kehidupan sehari-hari di setiap masyarakat. Sampai akhirnya masyarakat tidak bisa mempertahankan adatnya lagi, karena terbiasa dengan penyimpangan-penyimpangan tersebut. Maka masyrakat terpaksa memberi konsesinya, dan adat serta aturan diubah sesuai dengan keperluan baru dari indibidu-individu didalam masyarakat.
Proses Mengarah dalam Evolusi Kebudayaan. Dengan mengambil jangka waktu yang panjang maka akan terlihat prubahan-perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (dirctional) dari sejarah perkembangan masyarakat dan kebudayaan yang bersangkutan. Sebagai contoh misalnya tingkat kebudayaan manusia yang berawal dari Neolitik, kemudian berubah menjadi Mesolitik dan akhirnya berubah menuju Paleolitik.

5.      Difusi
Difusi adalah Peneyebaran. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan adanya proses pembiakan dan geraka penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adpatasi fisik dan sosial budaya.
Penyebaran Unsur-Unsur Kebudayaan. Bersamaan dengan penyebaran dan migrasi kelompok-kelompok manusia di muka bumi, turut pula tersebar unsur-unsur kebudayaan dan sejarah dari proses penyebaran unsur penyebaran kebudayaan seluruh penjuru dunia yang disebut proses difusi (diffusion). Salah satu bentuk difusi dibawa oleh kelompok-kelompok yang bermigrasi. Namun bisa juga tanpa adanya migrasi, tetapi karena ada individu-individu yang membawa unsur-unsur kebudayaan itu, dan mereka adalah para pedagang dan pelaut.

6.      Inovasi dan Penemuan
Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.
Penemuan adalah suatu penemuan dari suatu unsur kebudayaan yang baru, baik berupa suatu alat baru, ide baru, yang diciptakan oleh individu atau suatu rangkaian dari beberapa individu dalam masyarakat yang bersangkutan. Discovery baru menjadi invention apabila masyarakat sudah mengakui, menerima, dan menerapkan penemuan baru itu.
Pendorong Penemuan Baru. Faktor-faktor pendorong bagi individu dalam suatu masyarakat untuk memulai dan mengembangkan penemuan-penemuan baru anatar lain :
n Kesadaran para individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
n Mutu dari keahlian dalam suatu kebudayaan.
n Sistem perangsang bagi aktivitas mencpta dalam masyarakat.
Perubahan kebudayaan dapat terjadi melalui subsitusi (penggantian unsur lama oleh unsur yang baru, yang secara fungsional dapat diterima oleh unsur-unsur lainnya). Dapat juga karena kehilangan sebuah unsur atau seperangkat unsur tanpa ada gantinya. Atau terjadi melalui inkrepentasi atau penambahan unsur-unsur baru dalam kebuadayaan tanpa mengganti sesuatu unsur yang sudah ada dalam kebudayaan tersebut. Suatu modifikasi yang terjadi dalam perangkat2 ide dan disetujui secara sosial oleh para warga masyarakat yang bersangkutan
Perubahan kebudayaan dapat terjadi pada.
           

1. Isi
            2. Struktur
            3. Konfigurasi cara-cara hidup
            4. Bentuk
            5. Fungsi
            6. Nilai
            7. Pranata (intitusi)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar