Rabu, 27 Juli 2016

KEBUDAYAAN MODERN DAN GLOBALISASI



KEBUDAYAAN MODERN DAN GLOBALISASI

A.    Konsep Modernisasi dan Globalisasi
Modernisasi diartikan sebagai perubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat yang modern. Pengertian modernisasi berdasar pendapat para ahli adalah sebagai berikut.
1.        Widjojo Nitisastro, modernisasi adalah suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang tradisional atau pramodern dalam arti teknologi serta organisasi sosial, ke arah pola-pola ekonomis dan politis.
2.        Soerjono Soekanto, modernisasi adalah suatu bentuk dari perubahan sosial yang terarah yang didasarkan pada suatu perencanaan yang biasanya dinamakan social planning. (dalam buku Sosiologi: suatu pengantar)
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah modern mencakup pengertian sebagai berikut.
a.         Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh dan merata.
b.        Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya dalam pergaulan hidup dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut.
a.    Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa ataupun masyarakat.
b.   Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar mewujudkan birokrasi.
c.    Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu.
d.   Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap modernisasi dengan cara penggunaan alat-alat komunikasi massa.
e.    Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin, sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f.    Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. (Menurut Edison A. Jamli dkk.Kewarganegaraan.2005)
Menurut pendapat Krsna (Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang.internet.public jurnal.september 2005) globalisasi berlangsung melalui dua dimensi dalam interaksi antar bangsa, yaitu dimensi ruang dan waktu. Ruang makin dipersempit dan waktu makin dipersingkat dalam interaksi dan komunikasi pada skala dunia. Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan seperti bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan lain-lain. Teknologi informasi dan komunikasi adalah faktor pendukung utama dalam globalisasi. Dewasa ini, perkembangan teknologi begitu cepat sehingga segala informasi dengan berbagai bentuk dan kepentingan dapat tersebar  luas ke seluruh dunia. Oleh karena itu globalisasi tidak dapat kita hindari kehadirannya.
Kehadiran globalisasi tentunya membawa pengaruh bagi kehidupan suatu negara termasuk Indonesia. Pengaruh tersebut meliputi dua sisi yaitu pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh globalisasi di berbagai bidang kehidupan seperti kehidupan politik, ekonomi, ideologi, sosial budaya dan lain- lain akan mempengaruhi nilai- nilai nasionalisme terhadap bangsa.
Abdul Hadi W. M. (http://www.icas-indonesia.org/index.php?option =com_content&task=view&id=261&Itemid=155&lang=iso-8859-1) mengatakan Konsisten dengan pengertian “global”, maka kebudayaan yang merambat lewat arus ini sifatnya mendunia. Apa yang terjadi di suatu tempat tertentu dengan serta merta menjadi pengetahuan umum di seluruh penjuru dunia. Model rambut yang sedang trendy di Seatle atau di Paris dengan secepat kilat merambahi pelosok-pelosok bumi. Gaya hidup dan pola konsumsi ala Hollywood dengan segera menjadi selera mondial (mendunia), yang kalau seseorang tidak mengikutinya seakan tidak absah untuk disebut up to date. Kebudayaan di sini sontak menjadi komoditi masal. Individu kehilangan otoritasnya.
Apakah setiap kebudayaan berhak untuk meng-global? Kendati secara istilah seharusnya memang begitu. Tetapi karena variabel utama dari globalisasi adalah kecanggihan alat transportasi dan teknologi komunikasi, maka praktis yang berpeluang memasuki arus itu hanya kebudayaan dari negara yang memiliki kemampuan dan akses teknologi seperti itu. Maka selain ketujuh negara industri maju (terkhusus Amerika Serikat) menurut teori ini, kesulitan (kalau tak dibilang tak punya) akses untuk meng-globalisasikan kebudayaannya. Pada tataran ini, globalisasi lantas berubah menjadi sentralisme (pemusatan kebudayaan), yakni keyakinan bahwa kebudayaan yang "unggul" terpusat pada suatu negara tertentu. Bangsa lain, kalau mau maju --atau lebih tepat, kalau mau survive- harus mengadopsi kebudayaan mereka.
Sentralisme kebudayaan seperti ini akan menemukan bentuknya yang paling despotis (zholim) dan represif (menindas) setelah bersekongkol dengan lembaga-lembaga internasional. Diposisikan vis-a-vis dengan negara lain, maka sentralisme ini dengan segera berubah bentuk menjadi imperialisme kebudayaan.
Di titik ini, agar Barat dan Amerika tetap tampil dengan wajah humanisme (kemanusiaan), maka seluruh kata yang mereka gunakan mengalami eufemisme (penghalusan bahasa). Kata-kata demokrasi, liberasi, hak asasi, dan konservasi lingkungan pada hakekatnya hanya mewakili satu makna saja: mempertahankan status quo kebudayaan sekuler Barat. Di sini nampak jelas bahwa imperialisme dipersiapkan oleh kolonialisme bahasa. Maka istilah-istilah sekulerisme, modernisme, dan sainstisme tidaklah secara mandiri mewakili makna kata itu sendiri, melainkan telah menjadi missionaris-kata yang membawa pesan seluruh tetek bengek kebudayaan Barat sekarang.
Globalisasi (http://empiris-homepage.blogspot.com/2007/10/kebudayaan-global. html) bukan saja benar-benar telah terwujud, tetapi bahkan telah siap membobol semua bendungan kebudayaan kita. Tak ada lagi sejengkal tanah di planet ini yang tak tertimpa banjir infomasi. Semuanya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari sebuah bola dunia yang kian menyempit. Negara-negara di dunia telah disulap menjadi hanya sekedar RT-RW dari sebuah dusun global (global village) yang dikepaladesai oleh satu-satunya negara super power Amerika Serikat.
Globalisasi informasi telah menjadi bagian internal dari kehidupan kita. Telah menjadi ukuran maju dan tidak majunya suatu komunitas. Telah menjadi mizan modern dan tidak moderennya seseorang. Darah daging kebudayaan kita telah dibentuk olehnya.
Instrumen-instrumen peradaban kita ditata olehnya. Kebudayaan global bahkan telah merenda visi kita terhadap realitas dunia, alam, manusia, sejarah, dan masyarakat. Alhasil, dasar untuk menilai benar-salah dan baik-buruknya suatu subjek pun telah dicampurtanganinya.
Masalahnya kini, apakah kebudayaan global semacam itu identik dengan sebuah mesin raksasa yang tak tertandingi? Apakah di dalam dirinya tersimpan kekuatan misterius yang memungkinkannya survive (tetap hidup) terus menerus? Sudah sedemikian berkuasakah sehingga tak ada lagi suatu komunitas tertentu yang bisa menawarkan kebudayaan alternatif? Ataukah manusia memang kini sudah kehabisan stock budaya selain liberalisme dan demokrasi? Lalu bagaimana dengan Islam?!
Konsisten dengan pengertian “global”, maka kebudayaan yang merambat lewat arus ini sifatnya mendunia. Apa yang terjadi di suatu tempat tertentu dengan serta merta menjadi pengetahuan umum di seluruh penjuru dunia. Model rambut yang sedang trendy di Seatle atau di Paris dengan secepat kilat merambahi pelosok-pelosok bumi. Gaya hidup dan pola konsumsi ala Hollywood dengan segera menjadi selera mondial (mendunia), yang kalau seseorang tidak mengikutinya seakan tidak absah untuk disebut up to date. Kebudayaan di sini sontak menjadi komoditi masal. Individu kehilangan otoritasnya.
Apakah setiap kebudayaan berhak untuk mengglobal? Kendati secara istilah seharusnya memang begitu. Tetapi karena variabel utama dari globalisasi adalah kecanggihan alat transportasi dan teknologi komunikasi, maka praktis yang berpeluang memasuki arus itu hanya kebudayaan dari negara yang memiliki kemampuan dan akses teknologi seperti itu. Maka selain ketujuh negara industri maju (terkhusus Amerika Serikat) menurut teori ini, kesulitan (kalau tak dibilang tak punya) akses untuk meng-globalisasikan kebudayaannya. Pada tataran ini, globalisasi lantas berubah menjadi sentralisme (pemusatan kebudayaan), yakni keyakinan bahwa kebudayaan yang "unggul" terpusat pada suatu negara tertentu. Bangsa lain, kalau mau maju --atau lebih tepat, kalau mau survive- harus mengadopsi kebudayaan mereka.
Sentralisme kebudayaan seperti ini akan menemukan bentuknya yang paling despotis (zholim) dan represif (menindas) setelah bersekongkol dengan lembaga-lembaga internasional. Diposisikan vis-a-vis dengan negara lain, maka sentralisme ini dengan segera berubah bentuk menjadi imperialisme kebudayaan.
Di titik ini, agar Barat dan Amerika tetap tampil dengan wajah humanisme (kemanusiaan), maka seluruh kata yang mereka gunakan mengalami eufemisme (penghalusan bahasa). Kata-kata demokrasi, liberalisasi, hak asasi, dan konservasi lingkungan pada hakekatnya hanya mewakili satu makna saja: mempertahankan status quo kebudayaan sekuler Barat. Di sini nampak jelas bahwa imperialisme dipersiapkan oleh kolonialisme bahasa. Maka istilah-istilah sekulerisme, modernisme, dan sainstisme tidaklah secara mandiri mewakili makna kata itu sendiri, melainkan telah menjadi missionaris-kata yang membawa pesan seluruh tetek bengek kebudayaan Barat sekarang.

B.     Dampak  Modernisasi dan Globalisasi
 Pengaruh positif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme (http://www. wikimu.com/News/DisplayNews.aspx?id=7124)
  1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara, jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.

  1. Dari aspek globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan nasional bangsa.

  1. Dari globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap bangsa.

Pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme
  1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme. Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang

  1. Dari globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

  1. Mayarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

  1. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

  1. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Pengaruh-pengaruh di atas memang tidak secara langsung berpengaruh terhadap nasionalisme. Akan tetapi secara keseluruhan dapat menimbulkan rasa nasionalisme terhadap bangsa menjadi berkurang atau hilang. Sebab globalisasi mampu membuka cakrawala masyarakat secara global. Apa yang di luar negeri dianggap baik memberi aspirasi kepada masyarakat kita untuk diterapkan di negara kita. Jika terjadi maka akan menimbulkan dilematis. Bila dipenuhi belum tentu sesuai di Indonesia. Bila tidak dipenuhi akan dianggap tidak aspiratif dan dapat bertindak anarkis sehingga mengganggu stabilitas nasional, ketahanan nasional bahkan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pengaruh Globalisasi Terhadap Nilai Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda
  1. Arus globalisasi begitu cepat merasuk ke dalam masyarakat terutama di kalangan muda. Pengaruh globalisasi terhadap anak muda juga begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak anak muda kita kehilangan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari anak muda sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja- remaja kita yang berdandan seperti selebritis yang cenderung ke budaya Barat. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan. Pada hal cara berpakaian tersebut jelas-jelas tidak sesuai dengan kebudayaan kita. Tak ketinggalan gaya rambut mereka dicat beraneka warna. Pendek kata orang lebih suka jika menjadi orang lain dengan cara menutupi identitasnya. Tidak banyak remaja yang mau melestarikan budaya bangsa dengan mengenakan pakaian yang sopan sesuai dengan kepribadian bangsa.

  1. Teknologi internet merupakan teknologi yang memberikan informasi tanpa batas dan dapat diakses oleh siapa saja. Apa lagi bagi anak muda internet sudah menjadi santapan mereka sehari-hari. Jika digunakan secara semestinya tentu kita memperoleh manfaat yang berguna. Tetapi jika tidak, kita akan mendapat kerugian. Dan sekarang ini, banyak pelajar dan mahasiswa yang menggunakan tidak semestinya. Misal untuk membuka situs-situs porno. Bukan hanya internet saja, ada lagi pegangan wajib mereka yaitu handphone. Rasa sosial terhadap masyarakat menjadi tidak ada karena mereka lebih memilih sibuk dengan menggunakan handphone.

  1. Dilihat dari sikap, banyak anak muda yang tingkah lakunya tidak kenal sopan santun dan cenderung cuek tidak ada rasa peduli terhadap lingkungan. Karena globalisasi menganut kebebasan dan keterbukaan sehingga mereka bertindak sesuka hati mereka. Contoh riilnya adanya geng motor anak muda yang melakukan tindakan kekerasan yang menganggu ketentraman dan kenyamanan masyarakat.

Jika pengaruh-pengaruh di atas dibiarkan, mau apa jadinya genersi muda tersebut? Moral generasi bangsa menjadi rusak, timbul tindakan anarkis antara golongan muda. Hubungannya dengan nilai nasionalisme akan berkurang karena tidak ada rasa cinta terhadap budaya bangsa sendiri dan rasa peduli terhadap masyarakat. Padahal generasi muda adalah penerus masa depan bangsa. Apa akibatnya jika penerus bangsa tidak memiliki rasa nasionalisme?
Berdasarkan analisa dan uraian di atas pengaruh negatif globalisasi lebih banyak daripada pengaruh positifnya. Oleh karena itu diperlukan langkah untuk mengantisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai nasionalisme.

Dampak positif Globalisme
  1. Produksi global dapat ditingkatkan, Pandangan ini sesuai dengan teori 'Keuntungan Komparatif' dari David Ricardo. Melalui spesialisasi dan perdagangan faktor-faktor produksi dunia dapat digunakan dengan lebih efesien, output dunia bertambah dan masyarakat akan memperoleh keuntungan dari spesialisasi dan perdagangan dalam bentuk pendapatan yang meningkat, yang selanjutnya dapat meningkatkan pembelanjaan dan tabungan.
  2. Meningkatkan kemakmuran masyarakat dalam suatu negara, Perdagangan yang lebih bebas memungkinkan masyarakat dari berbagai negara mengimpor lebih banyak barang dari luar negeri. Hal ini menyebabkan konsumen mempunyai pilihan barang yang lebih banyak. Selain itu, konsumen juga dapat menikmati barang yang lebih baik dengan harga yang lebih rendah.
  3. Meluaskan pasar untuk produk dalam negeri. Perdagangan luar negeri yang lebih bebas memungkinkan setiap negara memperoleh pasar yang jauh lebih luas dari pasar dalam negeri.
  4. Dapat memperoleh lebih banyak modal dan teknologi yang lebih baik. Modal dapat diperoleh dari investasi asing dan terutama dinikmati oleh negara-negara berkembang karena masalah kekurangan modal dan tenaga ahli serta tenaga terdidik yang berpengalaman kebanyakan dihadapi oleh negara-negara berkembang.
  5. Menyediakan dana tambahan untuk pembangunan ekonomi. Pembangunan sektor industri dan berbagai sektor lainnya bukan saja dikembangkan oleh perusahaan asing, tetapi terutamanya melalui investasi yang dilakukan oleh perusahaan swasta domestik. Perusahaan domestik ini seringkali memerlukan modal dari bank atau pasar saham. dana dari luar negeri terutama dari negara-negara maju yang memasuki pasar uang dan pasar modal di dalam negeri dapat membantu menyediakan modal yang dibutuhkan tersebut.

Dampak negatif Globalisasi.
  1. Menghambat pertumbuhan sektor industri.
Salah satu efek dari globalisasi adalah perkembangan sistem perdagangan luar negeri yang lebih bebas. Perkembangan ini menyebabkan negara-negara berkembang tidak dapat lagi menggunakan tarif yang tingi untuk memberikan proteksi kepada industri yang baru berkembang (infant industry). Dengan demikian, perdagangan luar negeri yang lebih bebas menimbulkan hambatan kepada negara berkembang untuk memajukan sektor industri domestik yang lebih cepat. Selain itu, ketergantungan kepada industri-industri yang dimiliki perusahaan multinasional semakin meningkat.
  1. Memperburuk neraca pembayaran
Globalisasi cenderung menaikkan barang-barang impor. Sebaliknya, apabila suatu negara tidak mampu bersaing, maka ekspor tidak berkembang. Keadaan ini dapat memperburuk kondisi neraca pembayaran. Efek buruk lain dari globaliassi terhadap neraca pembayaran adalah pembayaran neto pendapatan faktor produksi dari luar negeri cenderung mengalami defisit. Investasi asing yang bertambah banyak menyebabkan aliran pembayaran keuntungan (pendapatan) investasi ke luar negeri semakin meningkat. Tidak berkembangnya ekspor dapat berakibat buruk terhadap neraca pembayaran.

  1. Sektor keuangan semakin tidak stabil
Salah satu efek penting dari globalisasi adalah pengaliran investasi (modal) portofolio yang semakin besar. Investasi ini terutama meliputi partisipasi dana luar negeri ke pasar saham. Ketika pasar saham sedang meningkat, dana ini akan mengalir masuk, neraca pembayaran bertambah bak dan nilai uang akan bertambah baik. Sebaliknya, ketika harga-harga saham di pasar saham menurun, dana dalam negeri akan mengalir ke luar negeri, neraca pembayaran cenderung menjadi bertambah buruk dan nilai mata uang domestik merosot. Ketidakstabilan di sektor keuangan ini dapat menimbulkan efek buruk kepada kestabilan kegiatan ekonomi secara keseluruhan.

  1. memperburuk prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang
Apabila hal-hal yang dinyatakan di atas berlaku dalam suatu negara, maka dlam jangka pendek pertumbuhan ekonominya menjadi tidak stabil. Dalam jangka panjang pertumbuhan yang seperti ini akan mengurangi lajunya pertumbuhan ekonomi. Pendapatan nasional dan kesempatan kerja akan semakin lambat pertumbuhannya dan masalah pengangguran tidak dapat diatasi atau malah semakin memburuk. Pada akhirnya, apabila globalisasi menimbulkan efek buruk kepada prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang suatu negara, distribusi pendapatan menjadi semakin tidak adil dan masalah sosial-ekonomi masyarakat semakin bertambah buruk.

Dampak Positif dan Dampak Negatif Globalisasi dan Modernisasi

Dampak Positif
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak negatif modernisasi dan globalisasi adalah sebagai berikut.
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.
c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.
Dampak Positif dan Dampak Negatif Globalisasi dan Modernisasi (http ://mengerjakantugas.blogspot.com/2009/05/dampak-positif-dan-dampak-negatif.html )
a. Perubahan Tata Nilai dan Sikap
Adanya modernisasi dan globalisasi dalam budaya menyebabkan pergeseran nilai dan sikap masyarakat yang semua irasional menjadi rasional.
b. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi
Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi masyarakat menjadi lebih mudah dalam beraktivitas dan mendorong untuk berpikir lebih maju.
c. Tingkat Kehidupan yang lebih Baik
Dibukanya industri yang memproduksi alat-alat komunikasi dan transportasi yang canggih merupakan salah satu usaha mengurangi penggangguran dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Dampak Negatif
a. Pola Hidup Konsumtif
Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah. Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada.
b. Sikap Individualistik
Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial.

c. Gaya Hidup Kebarat-baratan
Tidak semua budaya Barat baik dan cocok diterapkan di Indonesia. Budaya negatif yang mulai menggeser budaya asli adalah anak tidak lagi hormat kepada orang tua, kehidupan bebas remaja, dan lain-lain.
d. Kesenjangan Sosial
Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial.

C.     Langkah Antisipasi
Langkah-langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu :
  1. Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai produk dalam negeri.
  2. Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik- baiknya.
  3. Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
  4. Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
  5. Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial budaya bangsa.
Dengan adanya langkah- langkah antisipasi tersebut diharapkan mampu menangkis pengaruh globalisasi yang dapat mengubah nilai nasionalisme terhadap bangsa. Sehingga kita tidak akan kehilangan kepribadian bangsa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar